Cari Blog Ini

Selasa, 17 April 2012

Be Cabe :D


I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai besar (C. annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. Tanaman semak perennial berumur pendek, warna bunga tergantung spesies. Sistem perakarannya agak menyebar, daun hati berbentuk hati lonjong atau bulat telur dengan letak yang berselang-seling. Batang utamanya tegak dan berkayu pada pangkalnya, dengan tinggi tanaman 30-75 cm.
Buahnya dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia. Karenanya, hampir setiap hari produk ini dibutuhkan. Kian hari, kebutuhan akan komoditas ini semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, juga karena semakin digalakkannya ekspor komoditas nonmigas.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici. Penyakit ini biasa menyerang buah yang mengakibatkan
buah busuk dan berguguran. Selain itu juga dapat menyerang pucuk dan ranting sehingga pucuk
dan tunas menjadi mati. penyakit Patek (Antraknosa) yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici menyebabkan kerugian yang sangat besar baik didaerah tropis maupun subtropis (Agrios,1997). Pathogen Antraknosa dapat menyerang cabai mentah, cabai matang atau cabai yang sudah dipasarkan sehingga menyebabkan buah membusuk-kering dan tidak dapat
dipasarkan (Martoredjo,1984)
Untuk pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi ole h faktor- -faktor
lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH sangat panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum






TINJAUAN PUSTAKA
CABE
1.                   Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Solanales
Famili:
Solanaceae (suku terung-terungan)
 Genus:
Capsicum
 Spesies: Capsicum annum L.
2.       Morfologi Tanaman
http://requestartikel.com/taksonomi-dan-morfologi-tanaman-cabai-20101037.html
Bentuk luar atau morfologi tanaman cabai sebenamya bukan hal yang acing bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama berbeda halnya dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Seringkali mereka belum pemah melihat tanaman cabai yang sebenamya. Yang mereka ketahui hanyalah buah cabai yang dapat dimanfaatkan sebagai sayur.
1.Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.
2. Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih.
Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
3. Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
4. Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm.
 Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian.
                Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.
5. Buah dan Biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell (Tabel 3). Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama.

3.       Syarat tumbuh
http://alversia.blogspot.com/2010/09/syarat-tumbuh-tanaman-cabe.html
Syarat iklim

* Tinggi tempat 5-1500 mdpl
* Curah hujan 90-120 mm/bulan
* Temperatur yang baik minimal 16 derajat celcius, optimal 27 derajat celcius, maksimal 32 derajat celcius
Syarat tanah
* pH tanah yang cocok 5,5 -6,5
Bila pH tanah krang dari 5,5 maka garam-garam Al yang terlarut dalam tanah dapat meracuni tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebaliknya jika pH lebih dari 6,5 maka unsur mikro tidak dapat diambil oleh tanaman sehingga produksi tanaman menurun.
* Struktur tanah sebaiknya subur dan gembur
* Tanah banyak mengandung bahan organik maupun anorganik
* Draenase dan aerase harus baik, draenase dapat diatur dengan membuat saluran pembuangan dan aerase yang baik agar tata udara dalam tanah mudah.
* Reaksi kimia dalam tanah harus berjalan dengan baik agar tidak merusak tanaman dan pertumbuhannya
* Tekstur lempung

Colletotrichum capsici

1. Sistematika Colletotrichum capsici
Kingdom : Fungi
Divisi : Dueteromycota
Sub divisi : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Famili :
Genus : Colletotrichum
Spesies :Colletotrichum capsici

2. Morfologi
Colletotrichum capsici semula disebut Colletotrichum nigrum yang diduga juga sama dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya sampai 100 µm, hitam dengan banyak seta. Seta cokela tua, bersekat, kaku, dan meruncing ke atas, 75 - 100 x 2 - 6,2 µm, ujung - ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.
3. Daur hidup
Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Menurut Nur Imah Sidik dan Pusposendjojo (1985) infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka

4.    Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang Collectotrichum capsici yaitu  sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Wawan-junaidi ,  2009).
Cara Pengendalian
  • Perbaikan drainase
  • Membuat bedengan searah angin
  • Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah
  • Perendaman benih selama 6-12 jam dalam larutan agens hayati, misalnya Pseudomonas fluorescens (Pf) atau PGPR
  • Penggunaan agens antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.
  • Pergantian tanaman atau rotasi dengan tanaman bukan inang