Cari Blog Ini

Minggu, 12 Februari 2012

laporan agroklimatologi-kelembaban


I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air di udara disebut lengas (kelembaban, kebasahan) udara. Uap air adalah gas yang tidak berbau, tidak terlihat dan tidak berwarna, uap air ialah air dalam bentuk dan keadaan gas. Semua uap air dalam atmosfer disebabkan kerana penguapan.
Penguapan ialah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Agar supaya air dimana-mana dapat menguap, maka diperlukan suatu jumlah panas yang tertentu. Jumlah yang lepas disebut panas pengembu. Jadi pada pengupan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Hal ini sangat penting dalam atmosfer dalam hal pemeliharaan sejumlah panas. Seperti diketahui penguapan, tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuhan
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga  menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
         Dalam bidang pertanian kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan  tumbuhan budi daya. Dengan mengetahui kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau  yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Ada tiga macam pendekatan udara yang digunakan dalam bidang pertanian diantaranya kelembaban mutlak, kelembaban spesifik dan kelelembaban relative udara yang menyatakan nilai nisbi antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air diudara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam persen (%).
Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
1)   Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan
20/25   x  100 % = 80 % .
2)   Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3. Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu  yang sama , 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.


B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini  yaitu bagai mana cara mengukur kelembaban udara serta alat-alat apa saja yang harus digunakan untuk mengukur kelembaban udara tersebut.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.
Perubahan iklim ditandai dengan kenaikan suhu atmosfer yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kondisi tersebut biasa diikuti oleh kenaikan curah hujan yang disebabkan oleh kenaikan aktivitas konveksi (naiknya massa udara karena pemanasan) di wilayah tersebut. Curah hujan adalah salah satu indikator perubahan iklim (Ahrens, 1988 dalam Slamet dan Berliana, 2006). fluktuasi curah hujan dari rata-rata baik bulanan maupun tahunan serta intensitas hujannya dapat menggambarkan perubahan iklim
Murdiyarso (2003) dalam Berliana et al (2005) dalam Slamet dan Berliana (2006) menyatakan bahwa perubahan iklim adalah berubahnya intensitas unsur-unsur iklim (atau unsur cuaca) dalam jangka panjang ( ± 100 tahun). Oleh karena itu, variabilitas iklim musiman (musim hujan dan kemarau yang berubah mendadak), tahunan (musim kemarau atau hujan yang berubah periodisitasnya) dan dekadal (kejadian iklim ekstrim seperti El Nino dan La Nina) tidak termasuk dalam kategori perubahan iklim.
Perubahan iklim terjadi akibat adanya pemanasan global yang diakibatkan meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, seperti industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan dan sebagainya. Pada umumnya perubahan iklim tersebut ditandai dengan terjadinya kenaikan suhu udara di permukaan bumi dan naiknya paras permukaan laut. Pada umumnya di wilayah benua maritim Indonesia memiliki variabilitas unsur iklim curah hujan yang lebih besar dibanding unsur iklim lainnya seperti suhu, tekanan, dan kelembaban udara (Qodrita dan Berliana, 2006).
Supriatin, et al. (2006) dalam Slamet dan Berliana (2006) menyatakan bahwa hasil uji statistik F untuk variansi curah hujan tahunan, bulan basah (Desember, Januari, Februari), bulan kering (Juni, Juli, Agustus), dan bulan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan (September, Oktober, Nopember) atau sebaliknya dari musim penghujan ke musim kemarau (Maret, April, Mei) dan uji t terhadap rata-rata curah hujan perlakuan (katagori bulan) yang sama menyebutkan bahwa belum terjadi perubahan iklim, baru terjadi perubahan yang sifatnya variabilitas saja.
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air  yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2) berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Gunarsih, 1990).
Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara setempat. Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara ditentukan  oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total  massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air;jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering( Anonim, 2009 ).
Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu  hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evapora (Karim,1985).
Kandungan uap air atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara. Tekanan uap yang dinyatakan dalam minibar, tetapi dalam penggunaanya yang lebih sering, satuan lainya dipakai untuk menyatakan kandungan uap air( Guslim, 2009 ).

Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensiair antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi air larutan. Demikian pula halnya jika hidrat kristal garam-garam  (salt cristal bydrate) tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup makaair dari hidrat kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air( Lakitan, 1994 ).
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Anonim, 2009 ).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas(  Handoko, 1994 ).

Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100%(Anonim, 2009 ).

Kelembabaan adalah banyaknya  uap air yang ada diudara  meskipun uap airnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari atmosfer , rata-rata kurang lebih dari 2 % masa keseluruhan. Total masa uap air per satuan volume udara disebut kelembapan absolut ( absolute humidity ) umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m3 ( Hanum, 2009 ).
Keadaan kelembapan diatas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembapan tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah ada pada lintang 40o daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujanya kecil( Kartasapoetra, 2004 ).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi(relatif) maupun defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap air aktualnya relatif rendah (Holton J.R,1979).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


A.                Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Balai Agro Techno Park (ATP) pada tanggal 27 Mei-28 Mei 2011 dari pukul 17.00 sampai dengan pukul 12.00.

B.                 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kelembaban udara adalah 1)thermometer bola basah, 2)thermometer bola kering.

C.                 Cara Kerja

1.     Termometer bola kering dan bola basah dipegang setinggi 1,2 meter diatas permukaan tanah.
2.    Dicatat suhu bola kering (TBK) dan bola basah (TBB) dengan selang waktu 5 menit dengan 5 kali ulangan pada beberapa tipe lahan.
3.    Setelah didapatkan data suhu, lalu dicari selisih antara TBK dan TBB.
4.    Nilai KR dapat diketahui dengan melihat selisih TBK dan TBB berdasarkan table KR (hasil).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil

Jam
Kelembaban Nisbi
KR%
Suhu BK
Suhu BB
17.00
30,03
28,9
91%
17.30
29,2
28,4
98%
18.00
-
-
-
06.00
25
25
100%
06.30
25,1
25
100%
07.00
26
24,9
100%
07.30
26,1
24,3
86%
08.00
28
25,3
95%
08.30
27
26,8
91%
09.00
27,2
28,3
-
09.30
28,3
27,2
100%
10.00
29,9
28,2
87%
10.30
30,2
28,6
87%
11.00
31
29,1
87%
11.30
33
28
63%
12.00
32
29
76%


b. Pembahasan

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Kelembapan juga dapat di definisikan sebagai konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relative.
Jumlah uap air yang ada dalam atmosfer dinyatakan dengan berbagai macam ukuran , yaitu : Kelembaban specifik (p) dan Nisbah campuran (r). Kelembaban specifik adalah perbandingan antara masa uap air (mv) dengan masa udara lembab, yaitu massa udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv). Tetapi bila masa uap air tersebut hanya dibandingkan dengan massa udara kering maka disbut nisbah campuran, yang dilambangkan dengan r. Kelembaban nisbi (relative humidity, RH). Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh (es) . Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat dituliskan dalam (%) sebagai berikut :
RH = 100 ea/es.
Bila RH 100% maka tekanan uap aktual akan sama dengan tekanan uap jenuh. Tekanan uap jenuh tergantung oleh suhu udara. Semakin tinngi suhu udara maka kapasitas untuk menampung uap air atau es meningkat. Oleh sebab itu pada ea yang tetap, RH akan lebih kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya RH makin tinggi bila suhu udara lebih rendah.
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban  tertinggi dari data yang di dapatkan di ATP  adalah 100 % pada pukul 06.00-07.00 wib,  kemudian pukul 09.30. hal ini disebabkan karena pada pagi hari kelembaban temperatur kelembaban meningkat, sedangkan pada sore hari menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban  terendah dari data pengamtan di ATP adalah 63% pada pukul 11.30 wib, hal ini disebabkan karena pada siang hari radiasi sinar matahari   meningkat sehingga kelembabanya menurun dimana kelembaban berbanding terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka kelembaban akan menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 )   yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
Dari data pengamatan di ATP menunjukan bahwa data kelembaban rata-rata yang tertinggi adalah 93% hal ini disebabkan faktor kelembaban relatif dimana kelembaban dipengaruhi oleh temparatur udara. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
Dari data pengamatan di ATP menunjukan bahwa data kelembaban rata-rata yang terendah adalah 86% hal ini disebabkan faktor kelembaban relatif dimana kelembaban dipengaruhi oleh temparatur udara. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
Dari data percobaan menunjukan bahwa data  kelembababan tertinggi di lapangan adalah 100% pada ketinggian 100 cm di daerah non vegetasi, hal ini dikarenakan penambahan uap air hasil evaporasi pada permukaan pada siang hari. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.
Dari hasil percobaan menujukan bahwa data kelembaban terendah yaitu 63% pada ketinggian 200 cm di daerah bervegetasi hal ini dikarenakan pengaruh dari angin yang menyebabkan rendahnya kelembaban dimana daerah yang lebih tinggi cenderung engaruh angin lebih besar sehingga kelembaban turun. Hal ini sesuai dengan literatur  Lakitan ( 1994 ) yang menyatkan bahwa kelembaban udara pada ketinggian 2 meter dari permukaan tidak menunjukan  perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin menjadi lebih besar.
Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap peynakit dibidang pertanian. Kelembaban udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit semakin berkembang,penyakit akan menyebar secara luas bila kelembaban udara lingkungan sesuai dengan kelembaban optimalnya. Sebagai contoh, penyakit akan menyebar dengan bantuan hujan, dengan hujan maka bakteri penyebab penyakit pada tanaman akan lebih mudah berpindah dari tanaman yang sudah terinfeksi ke tanaman yang sehat shingga tanaman yang sehat akan terjangkitai penyakit yang sama.
Namun bila kelembaban rendah dalam artian suhu tinggi maka penyebaran penyakit akan berkurang, tapi sebaliknya hama akan berkembang. Penyakit yang disebabkan oleh virus akan berkembang juga karna virus merupakan mahluk yang selalu mempunyai vektor (vektor virus merupakan ham) jadi bila hama bertambah banyak maka penyakit yang disebabkan oleh virus juga akan berkembang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.       Kesimpulan

1.         Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.
2.         Pada siang hari radiasi sinar matahari   meningkat sehingga kelembabanya menurun dimana kelembaban berbanding terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka kelembaban akan menurun.
3.         Variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
4.         Kelembaban udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit semakin berkembang,penyakit akan menyebar secara luas bila kelembaban udara lingkungan sesuai dengan kelembaban optimalnya.
5.         Faktor kelembaban relatif dimana kelembaban dipengaruhi oleh temparatur udara.


B.       Saran

Dalam praktikum, diharapkan para praktikan selalu memperhatikan asisten  yang sedang menjelaskan alat-alat dan cara kerja dari alat-alat tersebut sehinga para praktikan dapat dengan mudah melakukan pengukuran.


DAFTAR PUSTAKA

           batasan/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. 
          Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-
          unsur iklim.  PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi,
          Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
http://agung4.wordpress.com. 2009. Iklim dan Cuaca,  diakses pada tanggal 15 Mei
         2011.
http://abuhaniyya.files.wordpress.com. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada
          tanggal 15 Mei 2011.
http://one.indoskripsi.com/node/714. 2009. Kelembaban Udara,  diakses pada
           tanggal  tanggal 15 Mei 2011.
Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
          Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Diterbitkan dengan Biaya
           Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar