I. PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Dalam atmosfer
senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air di udara disebut lengas (kelembaban,
kebasahan) udara. Uap air adalah gas yang tidak berbau, tidak terlihat dan
tidak berwarna, uap air ialah air dalam bentuk dan keadaan gas. Semua uap air
dalam atmosfer disebabkan kerana penguapan.
Penguapan ialah
perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Agar supaya air dimana-mana
dapat menguap, maka diperlukan suatu jumlah panas yang tertentu. Jumlah yang
lepas disebut panas pengembu. Jadi pada pengupan diperlukan atau dipakai panas,
sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Hal ini sangat penting dalam
atmosfer dalam hal pemeliharaan sejumlah panas. Seperti diketahui penguapan,
tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga
terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuhan
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan
salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara
juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan
kelembaban yang ada di lingkungannya.
Kelembaban
adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan
absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur
kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam
sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat
dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di
udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung
dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung
uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap
air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung
uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Dalam bidang pertanian kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan
produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya. Dengan mengetahui
kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita
dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau
yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan
berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut
di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau tersebut
tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Ada tiga macam pendekatan udara yang digunakan dalam
bidang pertanian diantaranya kelembaban mutlak, kelembaban spesifik dan
kelelembaban relative udara yang menyatakan nilai nisbi antara uap air yang
terkandung dan daya kandung maksimum uap air diudara pada suatu suhu dan
tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam persen (%).
1)
Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan
yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C,
udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu
yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan
20/25 x 100 % = 80 % .
20/25 x 100 % = 80 % .
2)
Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3.
Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban
mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum
mengandung 18 gram uap air, maka Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33
%.
B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu bagai mana
cara mengukur kelembaban udara serta alat-alat apa saja yang harus digunakan
untuk mengukur kelembaban udara tersebut.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Trenberth,
Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan
perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan
memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut
Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya
fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan
jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia.
Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.
Perubahan iklim
ditandai dengan kenaikan suhu atmosfer yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Kondisi tersebut biasa diikuti oleh kenaikan curah hujan yang disebabkan oleh
kenaikan aktivitas konveksi (naiknya massa udara karena pemanasan) di wilayah
tersebut. Curah hujan adalah salah satu indikator perubahan iklim (Ahrens, 1988
dalam Slamet dan Berliana, 2006). fluktuasi curah hujan dari rata-rata baik
bulanan maupun tahunan serta intensitas hujannya dapat menggambarkan perubahan
iklim
Murdiyarso (2003)
dalam Berliana et al (2005) dalam Slamet dan Berliana (2006) menyatakan
bahwa perubahan iklim adalah berubahnya intensitas unsur-unsur iklim (atau
unsur cuaca) dalam jangka panjang ( ± 100 tahun). Oleh karena itu, variabilitas
iklim musiman (musim hujan dan kemarau yang berubah mendadak), tahunan (musim
kemarau atau hujan yang berubah periodisitasnya) dan dekadal (kejadian iklim
ekstrim seperti El Nino dan La Nina) tidak termasuk dalam kategori perubahan
iklim.
Perubahan iklim
terjadi akibat adanya pemanasan global yang diakibatkan meningkatnya emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, seperti
industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan dan
sebagainya. Pada umumnya perubahan iklim tersebut ditandai dengan terjadinya
kenaikan suhu udara di permukaan bumi dan naiknya paras permukaan laut. Pada
umumnya di wilayah benua maritim Indonesia memiliki variabilitas unsur iklim
curah hujan yang lebih besar dibanding unsur iklim lainnya seperti suhu,
tekanan, dan kelembaban udara (Qodrita dan Berliana, 2006).
Supriatin, et al.
(2006) dalam Slamet dan Berliana (2006) menyatakan bahwa hasil uji statistik F
untuk variansi curah hujan tahunan, bulan basah (Desember, Januari, Februari),
bulan kering (Juni, Juli, Agustus), dan bulan peralihan dari musim kemarau ke
musim penghujan (September, Oktober, Nopember) atau sebaliknya dari musim
penghujan ke musim kemarau (Maret, April, Mei) dan uji t terhadap rata-rata
curah hujan perlakuan (katagori bulan) yang sama menyebutkan bahwa belum
terjadi perubahan iklim, baru terjadi perubahan yang sifatnya variabilitas
saja.
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang
merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau
butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying
dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung
pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat
dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan,
yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan
uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air
sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah
juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa
atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka
tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut
disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
Proses perubahan
air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi).
Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi
gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan
melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik
bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju
penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil
penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran
kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2) berat,pada
benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur
kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan
metode termodinamika disebut psikrometer (Gunarsih, 1990).
Dalam atmosfer
(lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut
kelembaban (lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada
temperatur udara setempat. Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air
dalam udara. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang
terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara
disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan
massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai
kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas
atmosfer yang terkandung, termasuk uap air;jika massa uap air tidak diikutkan,
maka disebut sebagai massa udara kering( Anonim, 2009 ).
Kelembapan udara
menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini
sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer.
Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini
merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim
( Guslim, dkk., 1987 ).
Semua uap air
yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan air
dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai
panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui,
penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi
dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan.
Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evapora (Karim,1985).
Kandungan uap air
atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara. Tekanan uap yang dinyatakan
dalam minibar, tetapi dalam penggunaanya yang lebih sering, satuan lainya
dipakai untuk menyatakan kandungan uap air( Guslim, 2009 ).
Kelembaban udara
dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan
kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensiair antara udara
dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruang
tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan tersebut akan menguap sampai
terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi air larutan.
Demikian pula halnya jika hidrat kristal garam-garam (salt cristal
bydrate) tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup makaair dari hidrat kristal
garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air( Lakitan, 1994 ).
Kelembaban udara
menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam udara ini
sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer uap air
ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan
iklim ( Anonim, 2009 ).
Kelembaban udara
menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap
air atau tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara
kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas
udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut
(pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap
air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas( Handoko, 1994 ).
Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100%(Anonim, 2009 ).
Kelembabaan
adalah banyaknya uap air yang ada diudara meskipun uap airnya hanya
merupakan sebagian kecil saja dari atmosfer , rata-rata kurang lebih dari 2 %
masa keseluruhan. Total masa uap air per satuan volume udara disebut kelembapan
absolut ( absolute humidity ) umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m3
( Hanum, 2009 ).
Keadaan
kelembapan diatas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembapan
tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah ada pada lintang 40o
daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujanya kecil( Kartasapoetra,
2004 ).
Kelembaban udara
menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi(relatif) maupun defist tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap
air atau tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada
kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap
air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit
tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju penguapan
dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air daripada
kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila
kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap air aktualnya relatif
rendah (Holton J.R,1979).
III. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan di Balai Agro Techno Park (ATP) pada tanggal 27 Mei-28 Mei 2011
dari pukul 17.00 sampai dengan pukul 12.00.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum kelembaban udara adalah 1)thermometer bola basah,
2)thermometer bola kering.
C.
Cara Kerja
1. Termometer bola kering dan bola basah dipegang setinggi
1,2 meter diatas permukaan tanah.
2. Dicatat suhu bola kering (TBK) dan bola basah
(TBB) dengan selang waktu 5 menit dengan 5 kali ulangan pada
beberapa tipe lahan.
3. Setelah
didapatkan data suhu, lalu dicari selisih antara TBK dan TBB.
4. Nilai KR dapat
diketahui dengan melihat selisih TBK dan TBB berdasarkan
table KR (hasil).
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Jam
|
Kelembaban
Nisbi
|
KR%
|
|
Suhu BK
|
Suhu BB
|
||
17.00
|
30,03
|
28,9
|
91%
|
17.30
|
29,2
|
28,4
|
98%
|
18.00
|
-
|
-
|
-
|
06.00
|
25
|
25
|
100%
|
06.30
|
25,1
|
25
|
100%
|
07.00
|
26
|
24,9
|
100%
|
07.30
|
26,1
|
24,3
|
86%
|
08.00
|
28
|
25,3
|
95%
|
08.30
|
27
|
26,8
|
91%
|
09.00
|
27,2
|
28,3
|
-
|
09.30
|
28,3
|
27,2
|
100%
|
10.00
|
29,9
|
28,2
|
87%
|
10.30
|
30,2
|
28,6
|
87%
|
11.00
|
31
|
29,1
|
87%
|
11.30
|
33
|
28
|
63%
|
12.00
|
32
|
29
|
76%
|
b. Pembahasan
Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung
dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung
uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap
air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung
uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Kelembapan
juga dapat di definisikan sebagai konsentrasi uap air di udara. Angka
konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan
spesifik atau kelembapan relative.
Jumlah uap air
yang ada dalam atmosfer dinyatakan dengan berbagai macam ukuran , yaitu :
Kelembaban specifik (p) dan Nisbah campuran (r). Kelembaban specifik adalah
perbandingan antara masa uap air (mv) dengan masa udara lembab, yaitu massa
udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv). Tetapi bila masa uap air
tersebut hanya dibandingkan dengan massa udara kering maka disbut nisbah
campuran, yang dilambangkan dengan r. Kelembaban nisbi (relative humidity, RH).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan
kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan
dengan tekanan uap aktual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung uap air
tersebut merupakan tekanan uap jenuh (es) . Sehingga kelembaban nisbi (RH)
dapat dituliskan dalam (%) sebagai berikut :
RH = 100 ea/es.
Bila RH 100% maka
tekanan uap aktual akan sama dengan tekanan uap jenuh. Tekanan uap jenuh
tergantung oleh suhu udara. Semakin tinngi suhu udara maka kapasitas untuk
menampung uap air atau es meningkat. Oleh sebab itu pada ea yang tetap, RH akan
lebih kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya RH makin tinggi bila suhu
udara lebih rendah.
Dari hasil
pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban tertinggi dari data yang di
dapatkan di ATP adalah 100 % pada pukul 06.00-07.00 wib, kemudian
pukul 09.30. hal ini disebabkan karena pada pagi hari kelembaban temperatur
kelembaban meningkat, sedangkan pada sore hari menurun. Hal ini sesuai dengan
literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian
kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang
pagi dan minimum pada sore hari.
Dari hasil
pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban terendah dari data pengamtan
di ATP adalah 63% pada pukul 11.30 wib, hal ini disebabkan karena pada siang
hari radiasi sinar matahari meningkat sehingga kelembabanya menurun
dimana kelembaban berbanding terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka
kelembaban akan menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987
) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya
berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore
hari.
Dari data
pengamatan di ATP menunjukan bahwa data kelembaban rata-rata yang tertinggi
adalah 93% hal ini disebabkan faktor kelembaban relatif dimana kelembaban
dipengaruhi oleh temparatur udara. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim,
dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya
berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore
hari.
Dari data
pengamatan di ATP menunjukan bahwa data kelembaban rata-rata yang terendah
adalah 86% hal ini disebabkan faktor kelembaban relatif dimana kelembaban
dipengaruhi oleh temparatur udara. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim,
dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya
berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore
hari.
Dari data
percobaan menunjukan bahwa data kelembababan tertinggi di lapangan adalah
100% pada ketinggian 100 cm di daerah non vegetasi, hal ini dikarenakan
penambahan uap air hasil evaporasi pada permukaan pada siang hari. Hal ini
sesuai dengan literatur Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara
lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena
penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.
Dari hasil
percobaan menujukan bahwa data kelembaban terendah yaitu 63% pada ketinggian
200 cm di daerah bervegetasi hal ini dikarenakan pengaruh dari angin yang
menyebabkan rendahnya kelembaban dimana daerah yang lebih tinggi cenderung
engaruh angin lebih besar sehingga kelembaban turun. Hal ini sesuai dengan
literatur Lakitan ( 1994 ) yang menyatkan bahwa kelembaban udara pada
ketinggian 2 meter dari permukaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata
antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih tinggi tersebut,
pengaruh angin menjadi lebih besar.
Kelembaban udara
sangat berpengaruh terhadap peynakit dibidang pertanian. Kelembaban udara yang
terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit semakin berkembang,penyakit akan
menyebar secara luas bila kelembaban udara lingkungan sesuai dengan kelembaban
optimalnya. Sebagai contoh, penyakit akan menyebar dengan bantuan hujan, dengan
hujan maka bakteri penyebab penyakit pada tanaman akan lebih mudah berpindah
dari tanaman yang sudah terinfeksi ke tanaman yang sehat shingga tanaman yang
sehat akan terjangkitai penyakit yang sama.
Namun bila
kelembaban rendah dalam artian suhu tinggi maka penyebaran penyakit akan
berkurang, tapi sebaliknya hama akan berkembang. Penyakit yang disebabkan oleh
virus akan berkembang juga karna virus merupakan mahluk yang selalu mempunyai
vektor (vektor virus merupakan ham) jadi bila hama bertambah banyak maka penyakit
yang disebabkan oleh virus juga akan berkembang.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
1. Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung
dalam bentuk uap air.
2. Pada siang hari
radiasi sinar matahari meningkat sehingga kelembabanya menurun
dimana kelembaban berbanding terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka
kelembaban akan menurun.
3. Variasi harian
kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang
pagi dan minimum pada sore hari.
4. Kelembaban udara
yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit semakin berkembang,penyakit akan
menyebar secara luas bila kelembaban udara lingkungan sesuai dengan kelembaban
optimalnya.
5. Faktor kelembaban
relatif dimana kelembaban dipengaruhi oleh temparatur udara.
B.
Saran
Dalam praktikum,
diharapkan para praktikan selalu memperhatikan asisten yang sedang
menjelaskan alat-alat dan cara kerja dari alat-alat tersebut sehinga para
praktikan dapat dengan mudah melakukan pengukuran.
DAFTAR
PUSTAKA
batasan/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011.
Guslim. 2009.
Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Guslim, O.K Nazaruddin H,
Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987.
Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Handoko. 1994. Klimatologi
Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-
unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Hanum, C. 2009. Penuntun
Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
http://agung4.wordpress.com.
2009. Iklim dan Cuaca, diakses pada tanggal 15 Mei
2011.
http://abuhaniyya.files.wordpress.com. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada
tanggal 15 Mei 2011.
http://one.indoskripsi.com/node/714.
2009. Kelembaban Udara, diakses pada
tanggal tanggal 15 Mei 2011.
Kartasapoetra, A.G. 2004.
Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Karim, K. 1985. Diktat Kuliah
Dasar-Dasar Klimatologi. Diterbitkan dengan Biaya
Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar
Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar