Cari Blog Ini

Rabu, 30 Mei 2012

laporan fieldtrip belitang :)


LAPORAN FIELD TRIP AGROHIDROLOGI
“IRIGASI BELITANG DAN PERTANIAN ORGANIK”








Oleh:
ESSY NOVITA SARI
05101007066


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Indonesia merupakan daerah yang beriklim basah, dimana pemakaian air tergantung pada jumlah dan kejadian hujan. Curah hujan pada umumnya cukup tapi jarang sekali secara tepat sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dikembangkan system pengairan yang baik, agar ketersediaan air dapat mencukupi selama periode tumbuh, salah satunya yaitu irigasi.
            Air irigasi disalurkan ke tanah pertanian dengan empat metode umum, yaitu (1) permukaan tanah dengan penggenangan (flooding) atau alur (furrow), (2) bawah tanah dalam hal ini permukaan tanah dibasahi apabila ada, (3) cucuran (trickle) dari pipa dekat tanaman dan (4) penyiraman dimana permukaan tanah dibasahi seperti oleh curah hujan.
            Irigasi merupakan sumber daya yang penting dalam perencanaan usaha tani. Seperti halnya dengan sumber daya lainnya, ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan irigasi yaitu kelayakan dan keuntungannya. Keuntungannya antara lain adalah dapat menyediakan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman selama periode tumbuh. Perencanaan irigasi disusun terutama berdasarkan kondisi-kondisi meteorology di daerah bersangkutan.
            Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai tersebut disesuaikan dengan karakterisasi tanaman dan kondisi setempat.
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali.
Irigasi dikehendaki dalam situasi:
(a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman,
(b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman.
Irigasi merupakan usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan dan jaringan berupa saluran - saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari irigasi adalah:
1.Sistem dapat menjamin sepenuhnya persediaan air untuk tanaman.
2.Sistem dapat menjamin waktu panen pada saat musim kering.
3.Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
4.Mencuci garam – garam yang berada dalam tanah.
5.Memperkecil resiko rembesan air tanah.
6.Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu membajak.
Maksud irigasi ialah untuk mencukupi kebutuhan air guna pertanian dan tujuan irigasi tergantung dari kebutuhan untuk apa irigasi itu akan diperlukannya.
Maksud itu dapat dibagi dalam :
a.   Membasahi tanah.
b. Merabuk.
c. Mengatur suhu (temperatur) tanah.
d. Menghindari gangguan dalam tanah.
e. Kolmatase.
f. Membersihkan air kotoran.
g. Mempertinggi air tanah.
Kebutuhan pokok untuk kesuburan hidup tanaman adalah; unsur-unsur tertentu (hara), air, udara, cahaya, dan panas (suhu). Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh tingkat tinggi rendahnya suhu tanah pada daerah perakaran, begitu pula dengan ketersediaan udara dalam tanah mempengaruhi pula pernafasan sebagian dari akar-akar tanaman. Pertumbuhan tanaman akan menjadi baik bilamana disediakan kondisi ideal untuk tanaman tersebut. Unsur hara dalam konsentrasi yang optimum sangat diperlukan oleh tanaman. Unsur hara yang diperlukan adalah unsur hara makro dan mikro.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah berupa senyawa kompleks yang sukar larut dan dapat berupa senyawa sederhana yang larut dalam air dan relatif tersedia untuk tanaman.
Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan karena adanya pengaruh iklim yang kompleks, selain butuh air, tanaman membutuhkan tempat untuk tumbuh yaitu tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah diolah, dan produktivitas tinggi. Sedangkan komposisi tanah untuk kepentingan pertanian berupa tanah mineral dengan kandungan bahan organic (humus) dan tentu saja unsur air dan udara ada pada komposisi tanah tersebut.

B.  Tujuan
Adapun tujuan kunjungan ini untuk mengetahui jenis irigasi dan pola pertanian organic di belitang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 
            Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
            Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle.  Sprinkle jenis ini ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
            Menurut Hansen et. Al (1992) menyebutkan ada tiga jenis penyiraman yang umum digunakan yaitu nozel tetap yang dipasang pada pipa, pipa yang dilubangi (perforated sprinkle) dan penyiraman berputar. Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi serta kondisi topografi, tata letak system irigasi curah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Farm system, system dirancang untuk suatu luas lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi, (2) Field system, system dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian dan biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak persemaian, (3) Incomplete farm system, system dirancang untuk dapat diubah dari farm system menjadi fiekd system atau sebaliknya.
            Berapa kelebihan sistem irigasi curah disbanding desain konvensional atau irigasi gravitasi antara lain ; (1) sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan topografi yang kurang teratur dan profil tanah yang relative dangkal, (2) tidak memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan menambah luas lahan produktif serta terhindar dari gulma air, (3) sesuai untuk lahan berlereng tampa menimbulkan masalah erosi yang dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah adalah (1) memerlukan biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi, antara lain untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil, (2) memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi (Bustomi, 1999).   
            Menurut Keller (1990) efisiensi irigasi curah dapat diukur berdasarkan keseragaman penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum digunakan untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of uniformity (CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi adalah bila nilai CU lebih besar dari 85%.
            Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan ; (1) system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah nozzle miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan memukul dari alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya disambung dengan suatu pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral, (2) system pipa berlubang (perforated pipe system), terdiri dari pipa berlubang-lubang, biasa dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5-2,5 kg/cm2 , hingga sumber tekanan cukup diperoleh dari tangkai air yang ditempatkan pada ketinggian tertentu (Prastowo dan Liyantono, 2002).
            Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi (riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama adalah pipa yang mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang menyemprotkan air ke tanah (Melvyn, 19).


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum di laksanakan pada tanggal 30-31 Desember 2011, bertempat di Desa Sukosari Kecamatan Belitang I Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan dan di Bendungan Perjaya.

BAB IV
HASIL DAN  PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan debit:
Q        = A x V
A        = panjang x kedalaman/tinggi
= 60 cm x 30 cm
          = 180 cm
          = 1,8 m
V        = s/t
          = 55 s/7,8 m/s
          = 7,05 m/s
s         = 780 cm
          = 7,8 m
Q        = 1,8 x 7,05 m/s
Q        =12,69 m2/s

Keterangan:
Q: debit air
D: kedalaman
A: luas penampang
V: volume

B. Pembahasan
Belitang adalah satu dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur (setelah dilakukan pemekaran/otonomi daerah). Karena sebelum adanya otonomi daerah dulu hanya ada OKU, tidak ada yang namanya OKU Timur, OKU Selatan, dan sebagainya. Kecamatan Belitang yang beribu kota Gumawang berjarak sekitar 360 kilometer dari ibu kota Sumatera Selatan, Palembang. Sementara Belitang sendiri terdiri dari Belitang I, Belitang II dan Belitang III. Hampir seluruh wilayahnya dipenuhi hamparan padi yang tumbuh subur dan hijau. Mata semakin sejuk memandang dengan aliran air Irigasi Upper Komering yang sehari-sehari menyirami ribuan hektare persawahan. Untuk Belitang sendiri penduduknya mencapai 54.000 KK. Dan dari segi infrastruktur, Belitang sudah memiliki perbankan, pendidikan, pertanian. Bahkan untuk sektor pendidikan di Belitang sudah ada hingga strata S2.
Belitang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas, yakni lebih dari 26.000 ha. Tak heran kalau Belitang merupakan daerah persawahan beririgasi teknis terluas di provinsi Sumatera Selatan. Dari hasil pertanian, Belitang sendiri menghasilkan 1,5 juta ton hingga 1,8 juta ton gabah kering giling, dari dua juta ton yang dihasilkan oleh Sumsel setiap tahunnya. Selain persawahan, Belitang juga banyak ladang. Di ladang para petani menamam, rambutan, durian, sayur mayur, singkong, kedelai dan lain sebagainya. Namun secara geografis, sebenarnya tanah di Belitang mayoritas persawahan. Persawahan yang terletak sekitar 40 kilometer timur laut Martapura, ibu kota Ogan Komering Ulu Timur, itu semakin berkembang dan produktif ketika mendapat limpahan irigasi teknis dari Bendung Perjaya. Menariknya, Bendungan Perjaya yang di bangun pada masa pemerintahan Soeharto tersebut sampai sekarang belum juga di resmikan. Dulu pada saat Megawati menjabat sebagai orang nomer satu di negeri ini berencana mau meresmikan, namun karena satu dan lain hal, rencana tersebut batal. Walaupun belum di resmikan, akan tetapi untuk pengoperasionalan Bendungan Perjaya tetap jalan terus.
Masyarakat di Belitang lebih suka menyebut daerah pertanian sesuai dengan areal pembagian air dari Sungai Komering, mulai dari Bangunan Komering (BK) 1, BK 2, BK 3, sampai dengan BK 35. Masing-masing BK merupakan bangunan irigasi sekunder yang dilengkapi pintu-pintu pengatur. Di Belitang setiap desa rata-rata memiliki lebih dari 10 mesin penggiling padi.
Berbeda dengan nasib para petani di daerah lain di Sumsel yang umumnya pas-pasan, masyarakat petani di Belitang bisa dibilang hidup berkecukupan sandang, pangan, dan papan. Kemakmuran itu tercermin dari rumah-rumah penduduk yang rata-rata sudah bertembok, lantai tegel, atau plester semen. Sebagian rumah dilengkapi antena parabola besar.
Pertanian di Belitang terus berkembang karena didukung irigasi dari Bendung Perjaya yang mengalirkan air selama 24 jam. Dari saluran primer di Bendung Perjaya, air irigasi dialirkan melalui saluran sekunder berupa BK sebanyak 35 saluran, kemudian dipecah-pecah ke saluran tersier, kuarter, hingga masuk ke petak-petak persawahan.
Setiap areal persawahan akan mendapatkan aliran air yang melimpah saat menanam benih padi yang diatur secara bergiliran. Dengan begitu, musim tanam dan panen di Belitang tidak terjadi secara serentak, melainkan berurutan. Teknis pengaturan air di lapangan dikelola para petugas pengairan yang berkoordinasi dengan ulu-ulu (jaga tirta), penjaga pintu air, perkumpulan petani pemakai air, dan kelompok-kelompok tani di setiap desa.
Jamian, juru pengairan dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Belitang, mengatakan, setiap satu juru pengairan seperti dirinya rata-rata bertanggung jawab untuk mengatur pengairan sekitar lima kelurahan, yang meliputi lebih kurang 1.300 hektar sawah yang digarap sekitar 2.000 petani. Masing-masing kelurahan mendapat jatah aliran air sekitar satu hari dalam seminggu, atau sesuai dengan jadwal musim tanam yang disepakati.
Hanya saja, saat ini puluhan kilometer saluran irigasi sekunder dan tersier di Belitang rusak dan pecah-pecah sejak dua tahun belakangan ini. Akibatnya, proses perairan tersendat.
Kepala Seksi Bina Program Dinas PU Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Muhali mengakui, sekitar 6,5 kilometer dari 65 kilometer jalur irigasi sekunder mulai rusak.
Kerusakan saluran irigasi sekunder terjadi antara lain di BK I dan BK 12 di Kecamatan Buay Madang, serta BK 14 di Kecamatan Belitang III. Beberapa titik di jalur irigasi antara BK 12 dan 13 juga patah karena erosi dan longsor. Kerusakan irigasi tersier dan kuarter terjadi di banyak jalur persawahan di Belitang.
Masalah lain, Belitang juga tak luput dari banjir tahunan yang biasa melanda areal persawahan di Sumsel. Pada pertengahan Januari 2005, misalnya, 17.169 hektar sawah di daerah itu terendam banjir sekitar dua pekan. Akibatnya, 8.889 hektar di antaranya puso. Sawah yang terendam, antara lain, terdapat di Desa Sidomulyo dan Tanjung Raya.
          Kami mewawancarai salah satu petani bernama Bapak Simpar di Kampung II Desa Sukosari pada tanggal 30 desember 2011. Bapak tersebut mengelola lahan seluas ¼ ha dan lahan iu milik pribadinya. Dari lahan ¼ ha yang dimilikinya 90%nya ditanami padi jenis impair dan sisanya bervariasi umumnya yang ia tanam iu komoditas sayur-sayuran. Bapak tersebut berpendapat tentang system dan organisasi pengaturan air di daerahnya bahwa ia setuju jika system dan organisasi pengaturan air diatur oleh masyarakat dan pemerintah. Menurut Bapak Simpar organisasi-organisasi yang berfungsi di desanya adalah kelompok tani, panitia irigasi, FKK. Sedangkan KUD, LMD, LKMD, Karang taruna kurang berfungsi di desanya.
          Perlengkapan bertani yang dimiliki Bapak Simpar hanya peralatan bertani yang sederhana seperti cangkul, sabit, dan parang. Alat-alat tersebut digunakan pada saat pengelolaan lahan sampai pasca panen. Hama yang sering menyerang pertanian di desa ini adalah tikus. Untuk pemberantasan hama dan pemupukan masih menggunakan pestisida dan pupuk kimia dengan dosis 1 liter. Jenis pestisidanya adalah koppit. Bapak tersebut belum menggunakan pestisida dan pupuk organic dikarenakan mahalnya harga pestisida dan pupuk organic serta ketersediannya terbatas.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang saya dapat dari kunjungan ini:
1.   Pola irigasi di Belitang yaitu mulai dari saluran primer di Bendung Perjaya, air irigasi dialirkan melalui saluran sekunder berupa BK sebanyak 35 saluran, kemudian dipecah-pecah ke saluran tersier, kuarter, hingga masuk ke petak-petak persawahan.
2.  Pengetahuan petani di desa ini masih sangat kurang untuk penggunaan pestisida dan pupuk organic.
3.  Sedikitnya petani yang menggunakan pestisida dan pupuk organic dikarenakan mahalnya harga pestisida dan pupuk organic serta ketersediannya terbatas.

B. Saran
Adapun saran yang bisa saya berikan adalah agar sering di adakan penyuluhan tetang pupuk dan pestisida organic. Agar petani beralih menggunakan pupuk dan pestisida organic. Serta pupuk dan pestisida organic lebih ditingkatkan lagi produksinya agar mampu mencukupi kebutuhan petani.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008., Penuntun Praktikum teknik Irigasi dan Drainase. Program Studi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin; Makassar.

Bustami, Fuad., 1999. Sistem Irigasi: Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi. Program Studi teknik Sipil, UGM; Yogyakarta.

Hansen, CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm., 2002. Dasar – Dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga; Jakarta.

Keller, I. Karmeli D dan Bliensner., 1990. Trickle Irrigation Design Edition. Rain Bird. Sprinkler Mfg. Crop. Glendora

Melvyn, 1983., Sprinkler Irigation; Equitment and educational, London UK.

Prastawo, 1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip. Fateta, IPB. Bogor.

Sarmidi, Amin. 2000. Desain Alat Penyimpanan Energy Matahari Logam Hibrida Untuk Mengeringkan Komoditi Pertanian. http:// www.google.com

Sjamsuddin, E.AS. Karma.1996. Budidaya Hemat Air dan Panen Ilmiah. Prosedding Seminar Nasional Gerakan Hemat Air; Jakarta.




5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. ada data tentang daftar kelompok taninya nggak??

    kalau ada bisa minta tolong di em-mail kan mbak,, lgi urgent nih buat proposal kantor lgi nyusun proposal pembagian pupuk gratis di belitang,,, trima kasih sebelum nya...


    oh ya sedikit saran,, berhubung inikan karya tulis jadi lebih baik menggunakan font dan warna yang netral aja,,biar terlihat formal :)

    sukses slalu

    BalasHapus
  3. disini mbak

    sokiashadi@gmail.com

    BalasHapus
  4. maaf mas, baru sempat up date di blog skrg..
    kemarin pas field trip kami hanya observasi di 1 BK. di BK tersebut rata2 petaninya tidak tergabung dalam kelompok tani. jadi untuk data kelompok taninya gk ada. mungkin nanti akan saya lengkapi..

    terima kasih untuk sarannya :)

    BalasHapus
  5. Bendungan Perjaya ini dibangun pada masa Soeharto apa sudah ada sejak masa kolonial Belanda mbak?
    mohon penjelasannya mbak. terima kasih.

    BalasHapus