LAPORAN FIELD TRIP AGROHIDROLOGI
“IRIGASI BELITANG DAN PERTANIAN ORGANIK”
Oleh:
ESSY
NOVITA SARI
05101007066
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah yang beriklim basah, dimana pemakaian air tergantung
pada jumlah dan kejadian hujan. Curah hujan pada umumnya cukup tapi jarang
sekali secara tepat sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu perlu dikembangkan system pengairan yang baik, agar ketersediaan air
dapat mencukupi selama periode tumbuh, salah satunya yaitu irigasi.
Air irigasi disalurkan ke tanah pertanian dengan empat metode umum, yaitu (1)
permukaan tanah dengan penggenangan (flooding) atau alur (furrow), (2) bawah
tanah dalam hal ini permukaan tanah dibasahi apabila ada, (3) cucuran (trickle)
dari pipa dekat tanaman dan (4) penyiraman dimana permukaan tanah dibasahi
seperti oleh curah hujan.
Irigasi merupakan sumber daya yang penting dalam perencanaan usaha tani.
Seperti halnya dengan sumber daya lainnya, ada dua aspek yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan irigasi yaitu kelayakan dan keuntungannya.
Keuntungannya antara lain adalah dapat menyediakan air yang cukup untuk
pertumbuhan tanaman selama periode tumbuh. Perencanaan irigasi disusun terutama
berdasarkan kondisi-kondisi meteorology di daerah bersangkutan.
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu,
ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai
melalui berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai
tersebut disesuaikan dengan karakterisasi tanaman dan kondisi setempat.
Irigasi merupakan suatu ilmu yang
memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air
tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada
tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai,
kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali.
Irigasi dikehendaki dalam situasi:
(a) bila jumlah curah
hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman,
(b) bila jumlah curah
hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak bersamaan dengan waktu
yang dikehendaki tanaman.
Irigasi merupakan usaha untuk
mendatangkan air dengan membuat bangunan dan jaringan berupa saluran - saluran
untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke
sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang
tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu ilmu irigasi sangat
penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber
air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Adapun manfaat yang dapat kita ambil
dari irigasi adalah:
1.Sistem dapat menjamin sepenuhnya persediaan air untuk
tanaman.
2.Sistem dapat menjamin waktu panen pada saat musim kering.
3.Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
4.Mencuci garam – garam yang berada dalam tanah.
5.Memperkecil resiko rembesan air tanah.
6.Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu membajak.
Maksud irigasi ialah untuk mencukupi
kebutuhan air guna pertanian dan tujuan irigasi tergantung dari kebutuhan untuk
apa irigasi itu akan diperlukannya.
Maksud itu dapat dibagi dalam :
Maksud itu dapat dibagi dalam :
a. Membasahi tanah.
b. Merabuk.
c. Mengatur suhu (temperatur) tanah.
d. Menghindari gangguan dalam tanah.
e. Kolmatase.
f. Membersihkan air kotoran.
g. Mempertinggi air tanah.
Kebutuhan pokok untuk kesuburan hidup tanaman
adalah; unsur-unsur tertentu (hara), air, udara, cahaya, dan panas (suhu).
Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh tingkat tinggi rendahnya suhu tanah pada
daerah perakaran, begitu pula dengan ketersediaan udara dalam tanah
mempengaruhi pula pernafasan sebagian dari akar-akar tanaman. Pertumbuhan
tanaman akan menjadi baik bilamana disediakan kondisi ideal untuk tanaman
tersebut. Unsur hara dalam konsentrasi yang optimum sangat diperlukan oleh
tanaman. Unsur hara yang diperlukan adalah unsur hara makro dan mikro.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah
berupa senyawa kompleks yang sukar larut dan dapat berupa senyawa sederhana
yang larut dalam air dan relatif tersedia untuk tanaman.
Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan karena
adanya pengaruh iklim yang kompleks, selain butuh air, tanaman membutuhkan
tempat untuk tumbuh yaitu tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah
tanah yang mudah diolah, dan produktivitas tinggi. Sedangkan komposisi tanah
untuk kepentingan pertanian berupa tanah mineral dengan kandungan bahan organic
(humus) dan tentu saja unsur air dan udara ada pada komposisi tanah tersebut.
B.
Tujuan
Adapun tujuan kunjungan ini untuk
mengetahui jenis irigasi dan pola pertanian organic di belitang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk
tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah
pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi
curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan
sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata
pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah
memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat
dipindah-pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral,
perforated pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle.
Sprinkle jenis ini ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut
fixed system atau tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan).
Yang termasuk continius move system adalah center pivot, linear moving lateral
dan traveling sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
Menurut Hansen et. Al (1992) menyebutkan ada tiga jenis penyiraman yang umum
digunakan yaitu nozel tetap yang dipasang pada pipa, pipa yang dilubangi
(perforated sprinkle) dan penyiraman berputar. Sesuai dengan kapasitas dan luas
lahan yang diairi serta kondisi topografi, tata letak system irigasi curah
dapat digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Farm system, system dirancang untuk
suatu luas lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi,
(2) Field system, system dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian
dan biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak persemaian,
(3) Incomplete farm system, system dirancang untuk dapat diubah dari farm
system menjadi fiekd system atau sebaliknya.
Berapa kelebihan sistem irigasi curah disbanding desain konvensional atau
irigasi gravitasi antara lain ; (1) sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan
topografi yang kurang teratur dan profil tanah yang relative dangkal, (2) tidak
memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan menambah luas
lahan produktif serta terhindar dari gulma air, (3) sesuai untuk lahan
berlereng tampa menimbulkan masalah erosi yang dapat mengurangi tingkat
kesuburan tanah. Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah adalah (1) memerlukan
biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi, antara lain untuk operasi
pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil, (2) memerlukan rancangan dan tata
letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi
(Bustomi, 1999).
Menurut Keller (1990) efisiensi irigasi curah dapat diukur berdasarkan
keseragaman penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam
maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum digunakan
untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of uniformity
(CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi adalah bila nilai CU lebih
besar dari 85%.
Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan ; (1)
system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah nozzle
miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan memukul dari
alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya disambung dengan suatu pipa
peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral, (2)
system pipa berlubang (perforated pipe system), terdiri dari pipa
berlubang-lubang, biasa dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5-2,5 kg/cm2
, hingga sumber tekanan cukup diperoleh dari tangkai air yang ditempatkan
pada ketinggian tertentu (Prastowo dan Liyantono, 2002).
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga penggerak
sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi
(riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak pompa
dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama adalah pipa yang
mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air
dari pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang
menyemprotkan air ke tanah (Melvyn, 19).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum di
laksanakan pada tanggal 30-31 Desember 2011, bertempat di Desa Sukosari
Kecamatan Belitang I Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera
Selatan dan di Bendungan Perjaya.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Perhitungan debit:
Q = A x V
A = panjang x
kedalaman/tinggi
= 60 cm x 30 cm
= 180 cm
= 1,8 m
V = s/t
= 55 s/7,8
m/s
= 7,05 m/s
s = 780 cm
= 7,8 m
Q = 1,8 x 7,05
m/s
Q =12,69 m2/s
Keterangan:
Q: debit air
D: kedalaman
A: luas penampang
V: volume
B.
Pembahasan
Belitang
adalah satu dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
Timur (setelah dilakukan pemekaran/otonomi daerah). Karena sebelum adanya
otonomi daerah dulu hanya ada OKU, tidak ada yang namanya OKU Timur, OKU
Selatan, dan sebagainya. Kecamatan Belitang yang beribu kota Gumawang berjarak
sekitar 360 kilometer dari ibu kota Sumatera Selatan, Palembang. Sementara
Belitang sendiri terdiri dari Belitang I, Belitang II dan Belitang III. Hampir
seluruh wilayahnya dipenuhi hamparan padi yang tumbuh subur dan hijau. Mata
semakin sejuk memandang dengan aliran air Irigasi Upper Komering yang
sehari-sehari menyirami ribuan hektare persawahan. Untuk Belitang sendiri
penduduknya mencapai 54.000 KK. Dan dari segi infrastruktur, Belitang sudah
memiliki perbankan, pendidikan, pertanian. Bahkan untuk sektor pendidikan di
Belitang sudah ada hingga strata S2.
Belitang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas, yakni lebih dari
26.000 ha. Tak heran kalau Belitang merupakan daerah persawahan beririgasi
teknis terluas di provinsi Sumatera Selatan. Dari hasil pertanian, Belitang
sendiri menghasilkan 1,5 juta ton hingga 1,8 juta ton gabah kering giling, dari
dua juta ton yang dihasilkan oleh Sumsel setiap tahunnya. Selain persawahan,
Belitang juga banyak ladang. Di ladang para petani menamam, rambutan, durian,
sayur mayur, singkong, kedelai dan lain sebagainya. Namun secara geografis,
sebenarnya tanah di Belitang mayoritas persawahan. Persawahan yang terletak
sekitar 40 kilometer timur laut Martapura, ibu kota Ogan Komering Ulu Timur,
itu semakin berkembang dan produktif ketika mendapat limpahan irigasi teknis
dari Bendung Perjaya. Menariknya, Bendungan Perjaya yang di bangun pada masa
pemerintahan Soeharto tersebut sampai sekarang belum juga di resmikan. Dulu
pada saat Megawati menjabat sebagai orang nomer satu di negeri ini berencana
mau meresmikan, namun karena satu dan lain hal, rencana tersebut batal.
Walaupun belum di resmikan, akan tetapi untuk pengoperasionalan Bendungan
Perjaya tetap jalan terus.
Masyarakat di Belitang lebih suka menyebut daerah pertanian sesuai
dengan areal pembagian air dari Sungai Komering, mulai dari Bangunan Komering
(BK) 1, BK 2, BK 3, sampai dengan BK 35. Masing-masing BK merupakan bangunan
irigasi sekunder yang dilengkapi pintu-pintu pengatur. Di Belitang setiap desa
rata-rata memiliki lebih dari 10 mesin penggiling padi.
Berbeda dengan nasib para petani di daerah lain di Sumsel yang umumnya
pas-pasan, masyarakat petani di Belitang bisa dibilang hidup berkecukupan
sandang, pangan, dan papan. Kemakmuran itu tercermin dari rumah-rumah penduduk
yang rata-rata sudah bertembok, lantai tegel, atau plester semen. Sebagian
rumah dilengkapi antena parabola besar.
Pertanian di Belitang terus berkembang karena didukung irigasi dari
Bendung Perjaya yang mengalirkan air selama 24 jam. Dari saluran primer di
Bendung Perjaya, air irigasi dialirkan melalui saluran sekunder berupa BK
sebanyak 35 saluran, kemudian dipecah-pecah ke saluran tersier, kuarter, hingga
masuk ke petak-petak persawahan.
Setiap areal persawahan akan mendapatkan aliran air yang melimpah saat
menanam benih padi yang diatur secara bergiliran. Dengan begitu, musim tanam
dan panen di Belitang tidak terjadi secara serentak, melainkan berurutan.
Teknis pengaturan air di lapangan dikelola para petugas pengairan yang
berkoordinasi dengan ulu-ulu (jaga tirta), penjaga pintu air, perkumpulan
petani pemakai air, dan kelompok-kelompok tani di setiap desa.
Jamian, juru pengairan dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Belitang,
mengatakan, setiap satu juru pengairan seperti dirinya rata-rata bertanggung
jawab untuk mengatur pengairan sekitar lima kelurahan, yang meliputi lebih
kurang 1.300 hektar sawah yang digarap sekitar 2.000 petani. Masing-masing
kelurahan mendapat jatah aliran air sekitar satu hari dalam seminggu, atau
sesuai dengan jadwal musim tanam yang disepakati.
Hanya saja, saat ini puluhan kilometer saluran irigasi sekunder dan
tersier di Belitang rusak dan pecah-pecah sejak dua tahun belakangan ini.
Akibatnya, proses perairan tersendat.
Kepala Seksi Bina Program Dinas PU Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
Muhali mengakui, sekitar 6,5 kilometer dari 65 kilometer jalur irigasi sekunder
mulai rusak.
Kerusakan saluran irigasi sekunder terjadi antara lain di BK I dan BK
12 di Kecamatan Buay Madang, serta BK 14 di Kecamatan Belitang III. Beberapa
titik di jalur irigasi antara BK 12 dan 13 juga patah karena erosi dan longsor.
Kerusakan irigasi tersier dan kuarter terjadi di banyak jalur persawahan di
Belitang.
Masalah lain,
Belitang juga tak luput dari banjir tahunan yang biasa melanda areal persawahan
di Sumsel. Pada pertengahan Januari 2005, misalnya, 17.169 hektar sawah di
daerah itu terendam banjir sekitar dua pekan. Akibatnya, 8.889 hektar di
antaranya puso. Sawah yang terendam, antara lain, terdapat di Desa Sidomulyo
dan Tanjung Raya.
Kami
mewawancarai salah satu petani bernama Bapak Simpar di Kampung II Desa Sukosari
pada tanggal 30 desember 2011. Bapak tersebut mengelola lahan seluas ¼ ha dan
lahan iu milik pribadinya. Dari lahan ¼ ha yang dimilikinya 90%nya ditanami
padi jenis impair dan sisanya bervariasi umumnya yang ia tanam iu komoditas
sayur-sayuran. Bapak tersebut berpendapat tentang system dan organisasi
pengaturan air di daerahnya bahwa ia setuju jika system dan organisasi
pengaturan air diatur oleh masyarakat dan pemerintah. Menurut Bapak Simpar
organisasi-organisasi yang berfungsi di desanya adalah kelompok tani, panitia
irigasi, FKK. Sedangkan KUD, LMD, LKMD, Karang taruna kurang berfungsi di
desanya.
Perlengkapan
bertani yang dimiliki Bapak Simpar hanya peralatan bertani yang sederhana
seperti cangkul, sabit, dan parang. Alat-alat tersebut digunakan pada saat
pengelolaan lahan sampai pasca panen. Hama yang sering menyerang pertanian di
desa ini adalah tikus. Untuk pemberantasan hama dan pemupukan masih menggunakan
pestisida dan pupuk kimia dengan dosis 1 liter. Jenis pestisidanya adalah
koppit. Bapak tersebut belum menggunakan pestisida dan pupuk organic
dikarenakan mahalnya harga pestisida dan pupuk organic serta ketersediannya
terbatas.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang saya dapat dari kunjungan ini:
1. Pola irigasi di
Belitang yaitu mulai dari saluran primer di Bendung Perjaya, air irigasi
dialirkan melalui saluran sekunder berupa BK sebanyak 35 saluran, kemudian
dipecah-pecah ke saluran tersier, kuarter, hingga masuk ke petak-petak
persawahan.
2. Pengetahuan petani di
desa ini masih sangat kurang untuk penggunaan pestisida dan pupuk organic.
3. Sedikitnya petani
yang menggunakan pestisida dan pupuk organic dikarenakan mahalnya harga
pestisida dan pupuk organic serta ketersediannya terbatas.
B.
Saran
Adapun saran yang
bisa saya berikan adalah agar sering di adakan penyuluhan tetang pupuk dan
pestisida organic. Agar petani beralih menggunakan pupuk dan pestisida organic.
Serta pupuk dan pestisida organic lebih ditingkatkan lagi produksinya agar
mampu mencukupi kebutuhan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008., Penuntun Praktikum teknik Irigasi dan Drainase. Program Studi
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin; Makassar.
Bustami,
Fuad., 1999. Sistem Irigasi: Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem
Irigasi. Program Studi teknik Sipil, UGM; Yogyakarta.
Hansen,
CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm., 2002. Dasar – Dasar dan Praktek
Irigasi. Erlangga; Jakarta.
Keller,
I. Karmeli D dan Bliensner., 1990. Trickle Irrigation Design Edition. Rain
Bird. Sprinkler Mfg. Crop. Glendora
Melvyn,
1983., Sprinkler Irigation; Equitment and educational, London UK.
Prastawo,
1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip. Fateta, IPB.
Bogor.
Sarmidi,
Amin. 2000. Desain Alat Penyimpanan Energy Matahari Logam Hibrida Untuk
Mengeringkan Komoditi Pertanian. http:// www.google.com
Sjamsuddin,
E.AS. Karma.1996. Budidaya Hemat Air dan Panen Ilmiah. Prosedding Seminar
Nasional Gerakan Hemat Air; Jakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusada data tentang daftar kelompok taninya nggak??
BalasHapuskalau ada bisa minta tolong di em-mail kan mbak,, lgi urgent nih buat proposal kantor lgi nyusun proposal pembagian pupuk gratis di belitang,,, trima kasih sebelum nya...
oh ya sedikit saran,, berhubung inikan karya tulis jadi lebih baik menggunakan font dan warna yang netral aja,,biar terlihat formal :)
sukses slalu
disini mbak
BalasHapussokiashadi@gmail.com
maaf mas, baru sempat up date di blog skrg..
BalasHapuskemarin pas field trip kami hanya observasi di 1 BK. di BK tersebut rata2 petaninya tidak tergabung dalam kelompok tani. jadi untuk data kelompok taninya gk ada. mungkin nanti akan saya lengkapi..
terima kasih untuk sarannya :)
Bendungan Perjaya ini dibangun pada masa Soeharto apa sudah ada sejak masa kolonial Belanda mbak?
BalasHapusmohon penjelasannya mbak. terima kasih.