I. PENDAHULUAN
MEKANISASI PERTANIAN
Mekanisasi pertanian adalah aplikasi
mekanis berupa mesin atau alat pada proses produksi pertanian (dalam arti luas)
baik on-farm maupun off-farm. Mekanisasi pertanian di Indonesia telah
dilakukan sejak tahun. Mekanisasi pertanian yang tepat berperan sangat
signifikan untuk peningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian serta
pengolahannya. Mekanisasi pertanian mencakup keuntungan efisiensi, efektifitas,
kualitas dan produktifitas pertanian. Kemudian berdampak sistemik pada
kesejahteraan petani dan pemenuhan kebutuhan pangan , energi dan bahan produksi
masyarakat.
Berbagai faktor penentu mekanisasi
pertanian:
1. Ekonomi
Ekonomi adalah faktor yang paling
diprioritaskan oleh petani dalam memutuskan pengunaan mesin pertanian (Al-Haq,
2009). Petani secara sendiri-sendiri merasa belum mampu dalam investasi alat
dan mesin pertanian (jika mereka belum merasa sangat membutuhkannya). Hal ini
tentu tidak akan terlalu berat jika kelembagaan kelompok tani, koperasi,
ataupun Unit Pelayanan Jasa Alsintan masih banyak yang aktif. Karena dengan
mengelompok, maka kemampuan beli petani serta biaya pemeliharaan akan
terjangkau. Yang menjadi permasalahan adalah, pasca orde baru kelembagaan UPJA,
KUD banyak yang bubar dan sampai saat ini banyak yang belum dibangun. Akhirnya
alat mesin pertanian hanya dikuasai oleh petani kaya atau rentenir saja.
Sebenarnya, dalam jangka panjang, ketika biaya variabel dapat menurun karena
efisiensi waktu dan beberapa komponen biaya seperti tenaga kerja, ditambah
dengan kenaikan pemasukan hasil penjualan karena produktifitas naik, maka
secara otomatis besarnya biaya pokok akan turun dan pendapatan petani akan
meningkat. Ini jika saja alsintan dapat digunakan.
2. Teknis
Hasil penelitian pada studi kasus alat
mesin perontok padi, di lapangan ditemukan banyak sekali alat mesin hasil
penyebaran proyek pemerintah yang tidak dapat digunakan karena bahannya sangat
mudah rusak. Ini dikarenakan oleh “proyektor” yang nakal alias Makelar Proyek. Proyek dilakukan asal
jalan dan menghabiskan anggran saja (sebab jika anggaran tidak habis, tahun
depan kecil kemungkinan akan diberi lagi). Akhirnya alsintan diproduksi dengan
asal-asalan. Ini jelas sangat merugikan petani.
3. Fungsional
Banyak data yang menyebutkan kapasitas
suatu alsintan tinggi. Studi kasus pada alat perontok padi pedal thresher buatan
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian yang menurut data dijelaskan
kapasitas 100 kg/jam. Namun faktanya, 25 kg/jam saja sulit, dan petani memilih
menggunakan manual karena lebih mudah. Penelitian-penelitian dan percobaan
kapasitas tidak dinormalisasi terlebih dahulu. Kapasitas 100 kg mungkin jika
digunakan oleh petani yang sudah terbiasa, namun bagi yang belum terbiasa, akan
sulit. Disinilah perlunya pembiasaan penggunaan alsintan (teknologi baru).
4. Ergonomi
Beberapa alsintan dirasakan petani
tidak ergonomis. Hal ini disebabkan alsintan hanya diasopsi, bukan diadaptasi.
Alsintan dari luar apalagi impor tentunya secara ergonomi belum tentu sesuai
dengan antropometri masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Disinilah
diperlukan adaptasi dan modifikasi alsintan agar sesuai dengan kondisi
masyarakat di setiap daerah di Indonesia.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Pekerjaan yang tidak tersentuh aspek
kesehatan dan keselamatan adalah pertanian subsistem petani kecil.
Berbeda dengan industri non-pertanian yang sangat memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). Kalaupun ada, K3 hanya dilakukan pada perusahan
pertanian level besar. Sedangkan petani kecil di lahan tidak pernah
diprioritaskan menggunakan sepatu but ketika ke lahan, menggunakan masker
ketika menyemprot pestisida, petani cenderung tak berpakaian lengkap ketika
bekerja. Padahal resiko kecelakaan kerja di lahan sangat besar. Pemerintahpun
belum menuju kea rah sana sepertinya. Jika sudah seperti ini, pertanian terus
dianggap pekerjaan yang rendahan. Padahal jika alsintan akan dikembangkan, maka
aspek K3 harus disertakan karena resiko kesehatan dan keselamatan pada saat
menggunakan alat mesin lebih besar dibandingkan manual.
6. Kondisi lapangan
Mekanisasi pertanian terhambat oleh
kondisi lahan petani Indonesia yang hanya 0,2 ha/orang. Kondisi ini dipersulit
lagi dengan ketidakkompakan petani dalam menanam dan masa tanam. Teringat dulu
ketika orde baru petani sangat kompak dalam menanam dan masa tanam. Padahal
jika saat inipun petani kompak dalam masa tanam, maka luasan tanah yang 0,2 ha
bisa menjadi 2-3 ha, di mana alsintan akan mudah masuk dan efisien akhirnya.
Lagi pula sebenarnya masa tanam yang serempak dapat mengurangi penyebaran hama
penyakit.
Selain luasan tanah yang sempit,
kondisi lapangan yang berbukit-bukit menyebabkan alsintan sulit masuk ke lahan.
Dari dua permasalahan tadi, solusi terbaiknya adalah adanya konsolidasi lahan.
7. Fasilitas penunjang operasi
Alsintan membutuhkan fasilitas
penunjang operasi untuk dapat digunakan dengan baik. Fasilitas itu adalah BBM,
suku cadang, perbengkelan, operator dan jalan akses transportasi alsintan. Pada
faktanya, BBM sulit didapatkan, terlebih setelah adanya PP No 09 2006 dimana
tidak diperbolehkan membeli bensin selain kendaraan bermotor. Jika ada pun BBM
di daerah pedesaan harganya sudah lebih mahal (Rp. 5500/lt bensin) dan itu pun
tidak dipastikan murni bensin. Suku cadang alsintan lebih banyak produk luar
negeri dan harus diimpor jika ada kerusakan. Inilah penjajahan bentuk baru luar
negeri. Sampai saat ini merek-merek yang digunakan adalah merek luar
negeri untuk alsintan dan mesin. Padahal sudah banyak hasil riset
alsintan. Penyebabnya adalah karena pengusaha tidak berani berinvestasi untuk
produk anak bangsa sendiri.
Selain itu fasilitas paling penting
untuk aksesibilitas alsintan adalah jalan pertanian yang memadai. Saat ini di
beberapa daerah belum memiliki fasiltas jalan pertanian yang dapat dengan mudah
alsintan masuk ke lahan. Ini juga yang menjadi alasan para petani enggan
menggunakan alsintan, karena mereka merasa kerepotan dalam mengangkut ke lahan.
8. Sosial budaya
Di beberapa tempat sentra padi, seperti
karawang, ada anggapan “jika power thresher masuk, maka masyarakat akan
beramai-ramai membakarnya. Ini terjadi karena ada konflik kepentingan antara
buruh tani degan alsintan. Paradigma berfikir masyarakat adalah bahwa alsintan
dapat mengurangi jatah pekerja tani. Padahal, seharusnya paradigma yang harus
diazamkan adalah konsep pengalihan tenaga kerja dari on-farm menjadi off-farm.
Dengan masuknya alsintan, maka produktivitas akan meningkat dengan waktu yang
lebih cepat. Dengan demikian input produksi akan lebih besar dan cepat,
sehingga tenaga kerja di off-farm lebih banyak dibutuhkan.
Proyek pemerintah dalam memberikan
bantuan alsintan seringkali tidak memperhatikan sosial kultural masyarakat yang
menjadi target. Disinilah pentingnya orang-orang mekanisasi juga belajar
persoalan sosial. Intinya seorang engineer juga harus berjiwa sosial.
B. Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui alat dan mesin pertanian
yang terdapat di Balai Agro Techno Park (ATP).
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Mekanisasi Penyiapan Lahan
Kegiatan pembukaan tanah
meliputi pekerjaan-pekerjaan:
1) pembukaan hutan (land
clearing) yang dilakukan dengan alat dan mesin pertanian sederhana, seperti
kapak, parang, gergaji bermotor, sampai pada alat dan mesin mutakhir seperti
bulldozer.
2) pemetaan tanah (surveying)
yang dilakukan dengan alat-alat seperti pengunting (waterpass), theodolit, BTM, sampai pada pemakaian alat-alat
mutakhir untuk pemotretan dari udara.
3) pencetakan sawah yang kegiatannya meliputi perencanaan
saluran irigasi, perataan tanah, pembuatan petak-petak sawah dengan
mempergunakan tenaga manusia, ternak tarik, traktor kecil, maupun traktor besar
(Hardjosentono, dkk., 2002.)
Pembukaan tanah untuk
perluasan areal tanah pertanian baru tersebut dapat pula dikaitkan dengan
program pemindahan penduduk untuk menciptakan suatu pemukiman baru sebagai
usaha pemerataan penduduk dan pendapatan. (Hardjosentono, dkk., 2002).
Pengolahan tanah adalah
penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan
remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya. Tujuan utama
dan maksud dasr pengolahan tanah dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:
1) mempersiapkan bedengan benih yang sesuai,
2) memberantas gulma pesaing, dan
3) meningkatkan kondisi fisik tanah.
Tindakan penyiapan lahan bertujuan
untuk: menyiapkan media tumbuh yang optimal (paling sesuai) bagi tanaman.
Sedangkan untuk sawah beririgasi kegiatanpenyiapan lahan sering pula disebut
dengan pengolahan tanah. Biasanya pekerjaan penyiapan lahan terdiri atas tiga
macam kegiatan yaitu:
a. Pembajakan
Proses pembajakan sering pula disebut
dengan pengolahan tanah pertama. Ide dasar pembajakan adalah untuk melakukan
pekerjaan memotong, membalik dan melempar tanah serta seresah tanaman sehingga
seresah tanaman berupa sisa-sisa tanaman beserta akar-akanya dapat terbenam.
Secara umum untuk pengolahan tanah di lahan sawah beririgasi dikenal tiga macam
bajak yaitu masing-masing: bajak singkal; bajak piringan; dan bajak putar
(rotary).
1).
Bajak singkal
Bajak singkal adalah merupakan jenis
bajak tertua yang dikenal manusia untukmengolah tanah. Dari satu pustaka
didapatkan bahwa bajak singkal ini sudahmulai digunakan manusia pada tahun
6.000 SM di Mesir. Di beberapa daerah di Indonesia sampai pada dasawarsa 80-an
masih dikenal bajak yang ditarikmanusia.
Di Jawa Tengah bagian selatan dikenal
dengan istilah bowong (kerbau orang).Ada dua tipe bajak singkal yaitu: bajak
singkal satu arah dan bajak singkal duaarah. Pada bajak singkal satu arah,
pelemparan tanah dilakukan hanya ke satu arah dan biasanya ke arah kanan.
Sedangkan bajak singkal dua arah,pelemparan tanah dapat diatur ke dua arah ke
kiri atau ke kanan. Biasanya bajak singkal dua arah digerakkan secara masinal
atau mekanis yang berbentuktraktor, sedangkan bajak singkal satu arah dapat
dibuat secara tradisional dalambengkel atau pandai besi di desa dan ditarik
oleh hewan atau dibuat oleh pabrik yang digerakkan secara masinal.
Bajak singkal mempunyai tiga bagian
utama yaitu masing-masing:
a). Singkal: berguna untuk melempar tanah;
b). Pisau: untuk memotong tanah; dan
c). Penyeimbang:untuk menyeimbangkan serta menahan bajak
agar tidak bergerak ke kiri.
2). Bajak piringan
Bajak piringan berbentuk piringan
cekung yang dapat berputar untuk melempartanah. Putaran piringan dimaksudkan
untuk mengurangi gesekan pada tanahsehingga membutuhkan daya yang lebih ringan.
Bajak piringan lebih sesuaidigunakan untuk tanah yang berbatu, keras dan kering
ataupun beralang-alang.
3). Bajak putaran
(rotary)
Meskipun
termasuk golongan bajak, tetapi bajak putaran berfungsi tidak untuk membalik
dan melempar tanah, tetapi hanya untuk memotong tanah saja. Bajak putaran
terdiri atas pisau-pisau putar yang terpasang pada poros. Putaran poros disebabkan oleh gerakan traktor. Semakin cepat poros
berputar maka akan semakin cepat pula putaran pisau.
4) Bajak brujul (bajak bawah tanah)
Merupakan alat dengan tangkai
yang kaku melengkung atau lurus dengan ujung sekop yang relating sempit. Dapat
diberi istilah kultivator dalam dengan tugas yang berat. Tanah sedikit banyak
diaduk di tempat. Tangkai dibuat dari baja pegas lakur nekel yang diperlakukan
dengan pemanasan yang diberi bentuk panjang, melengkung sedikit demi sedikit
dengan bagian yang rata di depan untuk memungkinkan adanya kerja sebagai pegas
yang ringan.
5) Bajak raksasa
Di beberapa daerah yang lahan
yang baik telah tertutup oleh pasir hembusan angina tau endapan banjir, bajak
raksasa digumakan untuk menaikkan tanah yang baik dari kedalaman 2-6 kaki dan
meletakkan tanah di atas pasir.
b. Penggaruan
Pekerjaan
penggaruan dilakukan setelah pekerjaan pembajakan, dan disebutkan juga
sebagai pengolahan tanah kedua. Penggaruan dilakukan untuk memecah, menghancurkan dan meratakan tanah setelah dibajak. Alat garu
dapat digerakkan oleh tenaga hewan
maupun traktor. Garu yang ditarik hewan dapat berbentuk sebagai rangkaian paku-paku yang dipasangkan pada suatu poros.
Sedangkan
bajak yang digerakkan traktor dapat berbentuk piringan, paku, atau putaran. Garu piringan berbentuk seperti bajak piringan
hanya lebih kecil dan tidak secekung bajak
piringan. Garu piringan lebih cocok untuk tanah keras berbatu. Garu berbentuk paku, cocok untuk penggaruan lahan dalam keadaan
basah atau tanah berpasir. Garu
putar pada prinsipnya seperti bajak putaran hanya mempunyai pisau lebih pendek. Garu putar digunakan apabila kondisi tanah
masih terdapat seresah tanaman.
2. Mekanisasi
Penanaman
Penggunaan
alat penanam mekanis dilakukan dengan beberapa alasan, faktor utama sangat
menentukan penggunaan alat penanam mekanis adalah ketersediaan tenaga. Meskipun
demikian sampai sekarang penggunaan alat ini masih belum digunakan secara luas
oleh petani di Indonesia. Agar dapat menggunakan alat penanam mekanis secara
sepadan maka alat harus dikalibrasi/selain itu operator juga harus dilatih
secara sepadan terlebih dahulu.
a.
Tanaman padi
Penanaman padi
biasanya dilakukan oleh petani sendiri setelah bibit yang ditanam dipersemaian siap untuk ditanam. Penanaman padi biasanya
dilakukan secara manual meskipun dapat pula
ditanam secara mekanis dengan menggunakan alat penanam mekanis (transplanter ).
b.
Tanaman palawija
Untuk
penanaman palawija biasanya langsung ditanam dengan biji setelah tanah ditugal terlebih dahulu, sehingga tanaman
palawija biasanya tidak dibutuhkan persemaian.
Alat penanam biji-bijian ini sering disebut seeder.
Penggunaan alat penanam mekanis tanaman
palawija lebih dimungkinkan digunakan petani, karena
konstruksi lebih sederhana dari pada transplanter.
Alat ini ada yang menggunakan tenaga mesin, tenaga hewan atau manusia (semi
mekanis). Alat ini biasanya dilengkapi alat pembuka dan penutup tanah, sehingga
bijian di letakkan tertutup di kedalaman tanah tertentu.
Alat ini ada yang menggunakan tenaga mesin, tenaga hewan atau manusia (semi
mekanis). Alat ini biasanya dilengkap ialat
pembuka dan penutup tanah, sehingga bijian di letakkan tertutup di kedalaman tanah tertentu.
Menanam ada dua cara, yaitu:
1. langsung menanam biji,
yang
biasa digunakan dengan cara
-
disebar,
-
dimasukkan dalam lubang, atau
-
menanam dalam larikan
2. memindahkan tanaman dari semaian
Penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja,
dengan bantuan alat-alat sederhana ataupun dengan bantuan mesin-mesin penanam. Dalam
perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk yang sederhana atau
tradisional sampai dalam bentuk yang modern. Macam dan jenis alat/mesin penanam
dapat digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan sumber tenaga atau tenaga penarik
yang digunakan, yaitu:
1.
Alat penanam dengan sumber tenaga manusia,
Alat penanam dengan sumber
tenaga manusia dapat pula digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Alat penanam tradisional
Alat penanam tradisional yang
umum digunakan adalah alat yang disebut tugal. Tugal merupakan alat yang paling
sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih
dengan jarak tanam lebar. Tugal bentuknya bermacam-macam sesuai dengan
modifikasi suatu daerah atau negara. Bentuk tugal di Indonesia merupakan bentuk
tugal yang paling sederhana, karena pada tugal tersebut tidak terdapat bentuk
mekanisme pengeluaran benih. Disini benih dimasukkan kedalam tanah secara
terpisah, artinya memerlukan bantuan orang lagi. Tidak demikian halnya pada
tugal yang telah dikembangkan di India dan Inggris. Berat alat ini berkisar 0,2
sampai 2,0 kg. Bagian-bagian utama dari tugal menurut fungsinya adalah sebagai berikut
:
1. Tangkai pegangan,
2. Tempat atau kotak benih,
3. Saluran benih, dan
4. Pengatur pengeluaran benih.
Prinsip kerja tugal ini
adalah : jika ujung tunggal ditancapkan atau
dimasukkan kedalam tanah,
maka tekanan ini akan menyebabkan terbukanya mekanisme pengatur pengeluaran
benih sehingga dengan sendirinya benih-benih
akan jatuh ke dalam tanah.
Sebagai contoh tugal semi
mekanis yang menggunakan pegas, pada saat mata tugal masuk ke dalam tanah, pengatur
pengeluaran benih tertekan ke atas oleh permukaan tanah. Kemudian mendorong
tangkai pegas, sehingga lubang benih terbuka dan benih pun terjatuh ke bawah.
Selanjutnya pada saat tugal diangkat dari permukaan tanah, kembali pada posisi semula
karena kerja dari pegas dan gerakan ini menutup lubang jatuhnya benih.
b. Alat penanam semi-mekanis
Bentuk dan macam alat penanam
semi-mekanis ini juga bermacam-macam. Alat-alat penanam ini cocok digunakan,
baik pada tanah-tanah ringan maupun berat serta cocok untuk benih-benih
berukuran besar dan kecil. Dengan berat alat 12 sampai 15 kg. Bagian-bagian
utama dari alat penanam tipe ini adalah :
1. Tangkai pendorong
2. Roda depan
3. Kotak benih
4. Pengaturan pengeluaran
benih
5. Saluran benih
6. Pembuka alur
7. Penutup alur
8. Roda belakang
Tiga macam alat penanam jenis
semi mekanis yang didorong manusia, lengkap dengan bagian-bagian utamanya. Mekanisme
penjatuhan benih berlangsung dengan putaran roda dengan melalui batang penghubung
antara penutup/pembuka lubang jatuhnya benih dengan lempengan pengungkit dipusat
roda depan. Alat penanaman semi-mekanis jenis lain adalah yang ditarik tenaga manusia,
sebagai contoh alat penanaman pada desain IRRI dengan jumlah jalur 6.
Mekanisme penjatuhan padi
dengan alat tersebut juga menggunakan putaran roda dimana putaran ini memutar
lempeng penjatuh benih melalui sumbu selebar alat. Syarat-syarat penggunaan
jenis alat ini adalah keadaan tanah sawah harus ”macek-macek” dan benih
gabahnya harus direndam dulu selama 2 kali 24 jam.
2. Alat
penanam dengan sumber tenaga traktor
Berdasarkan cara penanaman,
maka alat penanaman dengan sumbertenaga dari traktor dapat digolongkan menjadi
3 golongan., yaitu:
a. Alat penanaman sistem
baris lebar
Alat baris penanaman sistem
baris lebar ini telah dirancang untuk menempatkan benih-benih dalam tanah
dengan jarak baris tanam satu dengan yang lain cukup lebar, sehingga akan
mungkin dilakukan penyiangan dan meningkatkan efisiensi pemanenan. Alat penanam
seperti ini banyak digunakan untuk tanaman seperti : jagung, kapas, sorgum,
serta kacangkacangan. Berdasarkan cara penempatan benih dalam tanah, maka alat
penanam sistem baris lebar dapat dibagi tiga tipe yaitu : drill, hill-drop dan checkrow. Sedangkan untuk
penempatan alat pananam pada traktor dapat dibagi dua golongan, yaitu : trailing
dan mounted. Alat penanam jagung biasanya mempunyai dua sampai empat
unit pembuat alur dan biasanya dapat menjatuhkan satu atau lebih benih setiap
waktu dengan jarak antara tiap dua benih jagung 11 sampai 60 cm. Jarak dari
tiap-tiap biji ini tergantung dari besar lubang lempeng pengeluaran dan
kecepatan perputarannya.
Ketelitian suatu alat tanam
tergantung dari keseragaman dari benih, bentuk dasar dari corong pemasukan,
kecepatan perputaran dari lempeng benih, bentuk dan ukuran dan lempeng serta
kesempurnaan corong pemasukan. Sedangkan bagian-bagian dari dasar corong
pemasukan alat penanam jagung dan kegunaan bagian-bagian tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Cut-off pawl : dengan bantuan tekanan
per cut-off ini berfungsi untuk mengeluarkan adanya kelebihan benih.
2. Knock-out pawl : dengan bantuan per, knock-out ini berfungsi mengatur benih
supaya benih tepat jatuh diatas saluran benih.
3.
Lempeng benih : berfungsi untuk membawa benih melalui celah-celah lempeng yang
ada dan menjatuhkannya pada katup terbuka dan benih-benih terjatuh pada katup
bagian tanah yang selanjutnya masuk ke dalam tanah.
Pembuka alur berfungsi untuk
membuka atau membuat alur pada tanah sebagai tempat benih-benih dijatuhkan dari
mekanisme alat tanam. Pembuka alur yang umum digunakan adalah :
1. Tipe pacul
2. Tipe alas lempeng
3. Tipe alas datar
4. Tipe dua piringan
5. Tipe satu piringan
Tipe alas lengkung merupakan
tipe yang paling banyak digunakan. Tipe alas datar sangat cocok digunakan pada
tanah-tanah kasar dan berbatu, sedangkan tipe dua piringan cocok untuk tanam
lebar.
Perlengkapan pemupukan dapat
juga digabungkan pada alat penanam jagung ini. Detail dari pemasukan dan
distribusinya akan dibahas sendiri pada alat-alat pemupukan. Alat penanam lain
yang tidak kalah pentingnya adalah alat tanam yang
disebut transplanter. Transplanter yang dibahas disini adalah
untuk menanam padi sawah. Pada prinsipnya cara kerja alat ini adalah mirip
dengan cara kerja tangan manusia dalam menanam bibit padi sawah. Karena mesin
bekerja, maka lengan penanam dan pinset penanam akan bergerak naik turun.
Pinset penanam dilengkapi cakar pemegang pada bagian dasarnya.
Mekanisme hubungan akan
digunakan untuk membuka dan menutup cakar pemegang. Sewaktu pinset pada posisi
diatas, maka cakar pemegang akan terbuka, sedang waktu pinset penanam turun,
maka cakar pemegang akan tertutup. Pada proses ini bibit akan dicabut melalui
celah kotak bibit dan cakar pemegang akan membawanya ke bawah. Dan pada waktu
pinset pada posisi di bawah, maka cakar pemegang akan membuka dan melepaskan
bibit kedalam tanah. Kemudian pinset penanam akan naik untuk proses
selanjutnya. Kedalaman penanaman antara 3 sampai 4 cm dengan jarak tanam 12 sampai
18 cm dan jarak alur 30 cm. Jumlah bibit tiap penjatuhannya berkisar antara 3
sampai 4 bibit. Kapasitas transplanter ini mampu menyelesaikan 0,1 hektar dalam
waktu 2 sampai 4 jam dengan operator sebanyak 4 sampai 6 orang.
b. Alat penanaman sistem
baris sempit
Alat penanam tipe ini adalah
dirancang khusus untuk menanam benih-benih kecil atau rumput-rumputan dalam
baris dan alur yang sempit serta kedalaman yang seragam. Karena inilah, maka
pengoperasian alat-alat mekanis dalam baris kecil sekali kemungkinannya. Alat
penanam sistem baris yang sempit ada yang mempunyai corong pemasukan yang hanya
untuk benih saja dan adapula yang mempunyai corong yang cukup luas namun
terbagi menjadi dua bagian, satu bagian menjadi tempat benih dan bagian lain
menjadi tempat pupuk. Bagian-bagian utama dari alat penanam sistem baris sempit
ini adalah :
1. Kerangka
2. Roda-roda
3. Kotak benih dan pupuk
4. Pengatur pengeluaran benih
5. Saluran benih
6. Pembuka alur
7. Pengatur kedalaman
8. Penutup dan penekan alur
c. Alat penanaman sistem
sebar
Penanaman sistem sebar
merupakan cara penanaman yang paling lama dan sederhana. Penebaran benih dengan
mengunakan mesin lebih teliti dan cepat bila dibandingkan penebaran dengan tangan.
Penanaman sistem sebar ini memerlukan adanya pembuka alur, maka dari itu harus
disiapkan dengan pengolahan tanah yang menggunakan peralatan seperti garu
piring. Dan juga sistem ini tidak memerlukan penutupan. Penutupan kemudian
dapat dilakukan dengan garu paku atau yang lainnya. Alat penanaman sistem sebar
terdapat 3 sistem alat, yaitu :
1. Tipe sentrifugal atau
endgate
2. Tipe pesawat terbang
3. Penebar rumput-rumputan
Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam
adalah sama, baik jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik hewan
atau traktor. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:
1.
Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal),
2.
Mekanisme penjatuhan benih, dan
3.
Penutupan alur atau lubang (khusus tugal)
3. Mekanisasi Perawatan
Tanaman Dan Pemupukan
a.
Penyiangan
Setelah
tanaman ditanam dan agar dapat tumbuh dengan baik maka tanaman perlu perawatan
yaitu mencegah dan memberantas adanya gangguan baik yang disebabkan oleh
tanaman pengganggu maupun hama penyakit. Untuk tanaman padi penyiangan tanaman
pengganggu biasanya dilakukan petani dengan dicabut secara manual atau dengan menggunakan alat yang dinamakan landak. Alat penyiang tradisional ini sangat mudah dibuat
oleh bengkel desa. Untuk tanaman palawija penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan cara
mengkored dan menimbun tanah di sekitar
tanaman. Apabila baris tanaman disiapkan secara mekanis maka penyiangan tanaman pengganggu dapat dilakukan secara mekanis
dengan menggunakan alat ridger.
b. Pendangir
Pendangir adalah suatu bentuk
kegiatan yang membuthkan semacam alat yang akan mengaduk permukaan tanah sampai
kedalaman yang sedikit saja dengan cara sedemikian rupa, hingga gulma yang
masih kecil akan dibinasakan dan pertumbuhan tanamna budidaya dapat
ditingkatkan. Pendangir untuk
mengendalikan gulma dengan pengadukan tanah dapat dimulai pada lahan
siap tanam sebelum penanaman. Setelah penanaman, tanah dapat didangir, yang
untuk sementara tnaman dilakukan sebelum tanaman-tanaman muncul di atas tanah.
Pendangiran biasanya dimulai segera setalah munculnya semaian tanaman di atas
tanah, mengingat bahwa gulma juga muncul pada saat yang bersamaan. Alat yang
digunakan untuk pendagir biasanya tajak atau cangkul. Kemajuan menyusul dengan
rangka kayu bentuk V yang dipasang pada pasak-pasak kayu atau besi.
Tujuan utama pendangiran
tanaman adalah:
1. menahan lengas dengan
-
membasmi gulma,
-
melonggarkan mulsa oada permukaan, dan
-
menahan air hujan;
2. mengembangkan bahan makan tanaman;
3. aerasi tanah yang memungkinkan oksigen
masuk ke dalam tanah; dan
4. meningkatkan kegiatan jasad renik
(mikroorganisme) (Smith dan Wilkes, 1990).
c.
Pembasmian hama dan penyakit tanaman
Pencegahan
maupun pemberantasan hama penyakit baik untuk tanaman padi maupun palawija
dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot (sprayer) yang dapat dilakukan
secara semi mekanis maupun dilakukan secara mekanis dengan penyemprot yang
dihembuskan oleh bantuan penggerak motor.
d. Pengendalian
gulma
Penggunaan api untuk
pengendalian gulma dan rumput di antara tanaman yang ditanam dalam larikan
merupakan perkembanagan yang relatif baru. Peralatan ini terdiri atas tangki
bahan bakar, pipa-pipa penyalur, katup-katup pengatur, dan alat pembakar.
Sistem ini dpasang pada traktor dengan penyangga untuk alat-alat pembakarnya
yang disediakan di masing-masing sisi pada 2 atau 4 larikan. Alat pembakar
dipasang dengan sudut 30º-45° terhadap gais horizontal, sehingga akan
mengarahkan nyala api biru panas yang langsung dekat dengan tanah pada rumput
di antara tanaman. Lidah api harus mengenai tanah pada jarak kira-kira dua inci
di samping tanamn pada sisi alat pembakar. Lebar mulut alat pembakar sebaiknya
sebesar 8-10 inci. Tanaman yang disiangi harus lebih kuat dan lebih besar
daripad rumput dan gulama yang harus dibasmi. Alat pembakar dilengkapi dengan
pengatur vertikal dan horizontal.
Adapun pengendalian gulma
secara kimiawi dengan penggunaan herbisida. Beberapa jenis herbisida bersifat
racun bagi manusia dan harus ditangani dengan sangat hati-hati untuk mencegah
terjadinya luka-luka pada operator. Herbisida tanaman larikan komersial
diklasifikasikan sebagai herbisida
1. pra-pemunculan,
formula
yang sering digunakan adalah dinitro –o-
butilfenol. Untuk memperoleh ahasil yang terbaik, sangat penting bahwa
sisa-sisa tumbuhan dari tanaman sebelumnya disingkirkan atau dibuang
seluruhnya.
2. pasca pemunculan,
biasanya
dilakukan pendangiran bagian tengah dan tepi dengan alat-alat penggarap tanah
yang tepat pad waktu yang bersamaan dengan pemberian herbisida ini.
Tanaman harus diberi kesempatan untuk
megadakan pertumbuhan secukupnya, sehingga semprotan zat kimia dapat diarahkan
pada semaian gulma yang masih muda, namun di bawah daun-daun tanaman budidaya
(Smith dan Wilkes, 1990).
e. Penyemprotan
Fungsi utama suatu
penyemprotan adalah memecah cairan menjadi tetes-tetesan dengan ukuran yang
efektif mendistribusikan secara merata di atas permukaan atau ruang yang harus
dilindungi, mengatur banyaknya insektisida untuk menhindarkan pemberian yang
berlebihan yeng mungkin terbukti bersifat merusak atau pemborosan.
Sebuah penyemprot yang
menyampaikan tetes-tetes kecil yang cukup besar untuk dengan mudah membasahi
permukaan harus digunakan untuk pemberian sisa-sisa semprotan ppermukaan dengan
tepat. Tetea-tetes yang sangat halus arahnya cenderung dibelokkan oleh aliran
udara dan terbuang.
Himpunan Penyemprot dan
Pendebu Nasional (The National Sprayer
and Duster Association) mengklasifikasikan dan memberikan pertelaan
berbagai tipe mesin
1. penyemprot hidraulik,
-
penyemprot serbaguna
-
penyemprot kecil untuk keperluan umum
-
penyemprot tekanan tinggi, volume tinggi
-
penyemprot tekanan rendah, volume rendah
-
penyemprot swa-gerak, jarak ruang tinggi
2. penyemprot hidro pnematik,
3. penyemprot hembus, dan
4. pembangkit aerosol (Smith dan Wilkes,
1990).
f.
Pembenaman pupuk
Untuk tanaman
padi, pemupukan biasanya dilakukan dengan cara menebar. Apabila pupuk berbentuk tablet maka pupuk dapat dibenamkan ke dalam
tanah dengan menggunakan alat pembenam semi mekanis.
Pupuk
dibutuhkan dimana tanah kekurangan unsure-unsur ara untuk tanaman. Pupuk dapat
diberikan kepada tanah dalam beberapa bentuk, misalnya pupuk kandang dari
kebun, pupuk dalam bentuk butiran, cair, maupun gas. Untuk menangani tipe-tipe
pupuk ini, diperlukan peralatan khusus yang diberikan kepada tanah dan tanampuan
budidaya dengan berbagai cara pada tahap-tahap pembudidayaan yang berlainan.
Penyebar
pupuk adalah suatu mesin untuk memgangkut pupuk kandang dari kebun ke lapangan,
mencacahnya dan menyebarkannya dengan merat di atas lahan. Penyebar pupuk dapat
digolongkan dalam:
1. penyebar pupuk digerakkan di tanah (ground-driven),
dioperasikan dengan sprocket dan rantai dari roda-roda
pendukung alat penyebar itu.
2. digerakkan oleh pengambil
daya (PTO-driven),
dirancang untuk beroperasi dari pengambil daya traktor
yang memepunyai putaran 540 kali per menit (Smith dan Wilkes, 1990)
4. Mekanisasi Pemanenan
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan
pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen)
pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
Tuntutan kebutuhan manusia akan pakan mendesak pemikir untuk memecahkan masalah-masalah
bagaiman meningkatkan produksi, meningkatkan produksi kerja sesuai dengan waktu
yang tersedia. Dalam meningkatkan produksi, salah satu aspek yang harus ditekan
serendah mungkin adalah masalah kehilangan produksi diwaktu panen. Sedangkan
dalam meningkatkan kemampuan kerja adalah bagaimana menekan waktu yang
dibutuhkan dalam menanam dalam satuan luas
tertentu.
Ini bertujuan agar dalam waktu yang cepat dapat memungut hasil yang optimum dengan kehilangan produksi
serendah mungkin dan efisiensi kerja serendah mungkin.
Alat dan mesin panen terdiri dari banyak macam dan
jenisnya yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga
menurut cara tradisional maupun semi-mekanis sampai yang modern. Menurut jenis tanaman,
alat dan mesin panen digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian,
tebu, rumput-rumputan, kapas dan umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang
berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung, kacang-kacangan.
Untuk tanaman
padi petani banyak menggunakan alat pemanen manual, misalnya ani-ani atau sabit meskipun dapat pula digunakan alat
pemanen mekanis meskipun sangat jarang
dilakukan petani di Indonesia. Pemilihan penggunaan alat-alat pemanen tersebut tergantung pada proses dan ketersediaan
alat pemroses pasca panen. Misalnya
apabila digunakan alat ani-ani maka perontokan bulir biasanya dilakukan dengan cara penumbukan. Sedangkan penggunaan sabit
apabila perontokan dilakukan dengan cara dipukul-pukulkan ke tanah
(gebod) atau dengan menggunakan alat
perontok baik manual atau otomatis.
Cara pemanenan tanaman padi dapat dibagi dua macam cara,
yaitu cara tradisional dan cara mekanis. Dengan cara tradisional alat yang
digunakan adalah ani-ani atau sabit. Sedangkan macam-macam alat/mesin tersebut,
terlebih dulu mengurutkan kegiatan-kegiatan yang terjadi sejak dari panen, kemudian
pengumpulan/pengikatan, perontokan, pengeringan dan
penggilingan.
a.
Alat Panen Tradisional
Alat
panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan
oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu
ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu
disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugian oleh alat ini. Alat
panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman
yang juga tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri dari dua bagian
yang sama, hanya perbedaannya dalam bentuk.
Kelemahan-kelemahan dari
penggunaan alat ini adalah :
1.
Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2.
Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
mekanis
3.
Kenyamanan bekerja rendah
4.
Kapasitas kerja rendah
5.
Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis,
tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan keuntungannya
adalah :
1. Memberikan kesempatan
kerja yang banyak kepada para buruh panen
2. Hasil pemotongan gabah
dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3. Harga alat panen sangat
murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas
kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orang/jam yang dibutuhkan
tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148
orang jam/ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan
sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau
sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan satu1
jam untuk memanen satu hektar.
Dengan
hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan berkisar antara 8
sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah
yang rontok dari tangkainya atau karena pencucian-pencucian dan terinjak-injak
ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung
malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
b.
Mesin panen padi reaper
Bekerjanya
adalah mengait rumpun padi, kemudian memotong dan selanjutnya dilempar
kesebelah kanan mesin diatas permukaan tanah. Setiap lemparan terdiri dari 3-10
rumpun tanam padi tergantung dari jumlah alur pemotongan dari mesin. Untuk
memudahkan pengangkutan ke tempat perontokan biasanya diikat dulu atau
dimasukkan kedalam karung agar tidak banyak gabah yang hilang karena rontok
dari rantainya. Mesin reaper dioperasikan oleh satu orang dan dibantu dua orang
untuk mengikat atau mengarungkan. Tenaga motor penggeraknya berkisar antara 2,5
sampai 3 Daya Kuda (DK). Kapasitas kerja dari reaper adalah antara 30-35 jam
setiap hektar dengan satu alur pemotongan, sedangkan yang tiga alur pemotongan
berkisar antara 18-20 jam tiap hektar.
Kelemahan
dari penggunaan dari mesin ini adalah bagi varietas padi yang mudah rontok, dimana
akan banyak padi yang rontok akibat getaran atau perlakuan oleh mesin.
Kelemahan lainnya adalah biaya awal yang tinggi, yaitu harga pembeliannya dan
harga bahan bakar yang terus meningkat. Akan tetapi keuntungan-keuntungannya
adalah sebagai berikut :
1.
Kapasitas kerjanya (jam/ha) tinggi,
2.
Hanya membutuhkan dua sampai tiga orang untuk panen dalam satu hektar,
3.
Biaya panen per hektar relatif lebih rendah dibandingkan dengan cara
tradisional,
4. Kehilangan
gabah di sawah relatif lebih rendah bagi varietas padi yang sukar rontok, dan
5.
Dapat dimiliki kelompok tani secara koperasi.
Bagian-bagian
utama mesin reaper adalah :
1)
Motor bakar :
Jenis motor bakar yang
digunakan biasanya motor bakar bensin karena kebutuhan tenaganya tidak terlalu
besar, yaitu 3-5 Daya kuda.
2)
Tangan Pengait :
Tangan pengait bekerja secara
otomatis, fungsinya adalah untuk mengait/menarik batang padi kearah pisau
pemotong.
3)
Pisau pemotong :
Pisau pemotong pada umumnya
berupa pisau berputar dan berbentuk lingakaran dimana tepinya bergerigi
(seperti gergaji) tajam. Penajaman pisau pemotong perlu dilakukan bila sudah
bekerja sekitar 300- 600 jam kerja memotong.
4)
Pelempar otomatis :
Bagian ini tugasnya melempar
sejumlah padi yang terpotong dari tempat pengumpulan. Proses pelemparan
berjalan secara otomatis setelah padi yang terpotong terkumpul pada ukuran
tertentu.
5) Roda
Karena kerja dari Reaper hanya memotong dan
melempar, kadang-kadang disebut ”mesin tuai dan pelempar padi”.
c.
Mesin padi binder
Prinsip
kerja mesin binder lebih tinggi sedikit dari mesin reaper. Mesin binder bekerja
selain memotong padi, juga mengikat dan selanjutnya melempar. Baik
konstruksinya maupun ukurannya berbeda dengan mesin reaper, sehingga
harganyapun lebih mahal. Akan tetapi, kapasitas kerjanya lebih tinggi dari
reaper. Mesin binder dengan pemotongan satu jalur (motor 3,5 DK) mampu
mengerjakan panen 10-20 jam tiap hektar. Sedangkan yang lebar jalur pemotongan
2 jalur dan tenaga 5 DK, kapasitas kerjanya 5-10 jam tiap hektar. Mesin lain
yang bertenaga 12 DK dan lebar pemotongan 1,27 m, memerlukan waktu sebanyak 4
jam untuk ukuran petakan 180 x 25 m (= 0,45 hektar).
Mengenai kelemahan dan
keuntungan sama dengan mesin reaper. Hanya kelebihannya adalah sudah diikat dan
kapasitas kerjanya lebih tinggi. lengkap dengan bagian-bagian utamanya. Mesin
binder juga disebut sebagai ”mesin tuai dan pengikat padi”. Bagian-bagian utama
dari mesin binder adalah:
1) Motor bakar :
Motor bakar ini berfungsi
sebagai tenaga penggerak dari keseluruhan mekanisme mesin. Besarnya tergantung
dari besar-kecilnya mesin Binder, misalnya untuk yang lebar pemotongannya satu
jalur hanya bertenga 3,5 Dk dengan bahan bakar bensin. Jenis lainya yang lebih
besar dengan lebar pemotongan 1,27 meter, tenaga motornya 12 DK dari jenis Diesel
(bahan bakar solar).
2)
Pisau Pemotong :
Bentuk pisau pemotong pada
mesin Binder kebanyakan berbentuk pisau dari mesin cukur rambut. Pisau ini
terdiri dari pisau, kedudukan pisau, guard
untuk pisau. Bagian yang disebut guard bersifat diam sedangkan pisau
bergerak secara horizontal. Panjang dari pisau pemotong tergantung dari
kebutuhan lebar pemotongan yang diinginkan. Pisau pemotong perlu dibersihkan
dan ditajamkan setiap setelah 500-1000 jam kerja memotong.
3)
Jari Penarik
Jari-jari penarik ini bertugas
untuk mengait dan menarik batang padi ke arah pisau pemotong. Bagian ini
dibantu oleh bagian perintis pembuka jalan diantara rumpun-rumpun padi sehingga
membantu pengumpulan batang padi kearah pisau pemotong.
4)Tempat
Pengumpulan
Tempat pengumpulan dibuat
untuk menampung batang padi yang sudah terpotong. Padi yang sudah terpotong
dibawa oleh pita penjepit dan kemudian dikumpulkan pada tempat ini, sampai pada
jumlah tertentu.
5) Tali
Pengikat dan Tangan Penolak
Setelah padi yang terpotong terkumpul
mencapai jumlah yang tertentu (ukuran sudah ditetapkan dari pabrik), maka
secara otomatis tali mengikat dan tali diputus kemudian ikatan tersebut ditolak
oleh tangan penolak. Tangan penolak bertugas menolak/melempar ikatanikatan padi
kepermukaan tanah. Dengan demikian dalam panenan ini akan terlihat ikatan-ikatan
padi di atas tanah secara teratur yang selanjutnya tinggal mengumpulkan dan mengangkut
untuk dirontok.
6)
Roda
d.
Mesin panen padi mini combine
Berbeda
dengan dua mesin sebelumnya, mesin panen mini combine ini bekerja pada sampai
pengarungan gabah yang sudah lepas dari malainya, dan gabah ini sudah bersih
dari kotoran dan gabah hampa. Dengan demikian urutan yang dilakukan oleh mesin
jenis ini adalah memotong, merontok, membersihkan dan mengarungkan, sehingga
gabahnya tinggal dibawa ke tempat pengeringan untuk diturunkan kadar airnya
sampai pada kering giling. Sebuah mesin mini
combine yang sedang beroperasi diperlihatkan pada
Ukuran
dari mesin combine ditentukan dari berapa lebar pemotongannya (jumlah jalur
pemotongan). Jumlah jalur pemotongannya adalah dari 2 sampai 4 jalur tanam
padi. Demikian dari tenaga motor penggeraknya juga lebih tinggi dari mesin
reaper dan binder, yaitu antara 10 sampai 25 DK. Untuk mesin mini combine yang
lebar pemotongan 4 jalur, tenaga motor penggeraknya sekitar 25 DK. Dengan satu
orang operator dan satu orang pengatur pengarungan dapat naik diatasnya.
Perbedaan
utama mesin mini combine dengan mesin reaper dalam bagian-bagian utamanya
adalah bahwa pada mesin ini dilengkapi dengan mesin perontok gabah dan
pembersih gabah. Selain dari pada itu, juga dari mesin ini tidak ada mekanisme
tali pengikat. Karena batang padi yang terpotong langsung dibawa dan dijepit
kebagian perontok, dimana gabah yang telah rontok diteruskan kebagian pembersih
dengan sistem hembusan oleh kipas, sedang batang, daun dan gabah hampa dibuang
ke atas permukaan tanah.
Karena
untuk mempermudah perjalanan diatas permukaan tanah yang umumnya basah, pada
mesin mini combine roda yang digunakan adalah roda rantai (seperti kendaraan
yang dimiliki Militer ”tank”). Roda rantai ini disebut juga roda ”crawler”
yang memiliki tingkat flesibilatas dan cengkraman yang tinggi untuk segala
keadaan tanah.
e.
Mesin padi combine
Pada
prinsipnya mesin combine ini sama
dengan mesin Mini Combine, hanya yang
berbeda adalah ukuranya yang besar dan beberapa konstruksi. Pada mesin combine
gabah yang sudah bersih ditampung pada tempat penampung yang disebut tangki
gabah yang isinya dapat menampung 3-5 ton gabah bersih. Jadi proses yang
dikerjakan pada mesin combine adalah pemotongan, perontokan, pembersihan dan
penampungan dalam tangki gabah. Lebar pemotongannya dapat berkisar antara 4-5
meter dengan kapasitas kerja sekitar 2 sampai 4 jam per hektar. Karena
ukurannya yang besar maka mesin jenis ini hanya banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan besar atau benih yang besar atau yang merupakan suatu
pusat perusahaan padi yang luas (rice estate). Dalam pemakaian mesin
ini, untuk memperoleh efisiensi kerja yang optimum, maka luas petakan antara
5-12 hektar. Pada Gambar 59 dapat dilihat bentuk dan kontruksi bagian dalam
mesin combine untuk memanen padi atau hasil yang berbentuk biji-bijian lainnya.
Bagian-bagian utama dari mesin combine adalah
:
1) Reel
2) Pisau pemotong
3) Auger
4) Konveyor kanvas
5) Silinder perontok
6) Unit pembersih/pemisah
7) Konveyor mangkuk
8) Kipas penghembus kotoran
9) Tangki gabah
10) Konveyor scerew
11) Roda
5. Mekanisasi Pasca Panen
Proses pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah pemanenan. Proses-proses tersebut dapat berupa perontokan,
pembersihan, pengeringan serta penyimpanan dan pengangkutan. Pada modul ini
proses penyimpanan dan pengangkutan tidak dibahas.
a.
Perontokan
Proses
perontokan dilakukan apabila hasil panen diperoleh dalam bentuk malai (tangkai)
seperti padi ataupun kedelai. Proses perontokan yang tertua secara manual
dilakukan dengan cara memukul-mukulkan tanaman yang telah dipanen pada batang kayu dengan dialasi tikar. Di beberapa daerah terutama di
Jawa perontokan dilakukan dengan cara menginjak-injak tanaman yang telah
dipanen. Baru setelahitu kemudian dikenal suatu alat perontok lebih maju yang
dapat digerakkan secaramanual dengan cara diengkol sehingga disebut pedal
tresher ataupun secara mekanis (power tresher).
Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan, yaitu selain menunjukkan hasil lebih baik juga
menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi serta kehilangan bulir yang
lebih rendah.
Prinsip dasar
alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau tangkaitanaman
dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu silinder putar yangdilengkapi
gigi-gigi. Silinder diputar dengan menggunakan rantai yang dihubungkandengan
engkol (untuk perontok manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yangtelah
dirontokkan langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manualdapat
mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80% sedangkan alat perontokmesin dapat
mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%.
b.
Pengupasan
Untuk hasil
tanaman lain misalnya kacang tanah kadang-kadang perlu dikupas terlebih dahulu sebelum disimpan. Sekarang telah dikenal alat
pengupas yang dapat digerakkan secara
manual ataupun masinal. Prinsip dasar dari alat pengupas ini adalah menggerus biji dengan cara menggerus biji-biji dalam ruang
sempit dengan alat penggerus silinder
putar. Silinder putar dapat digerakkan secara manual atau masinal. Agar memudahkan proses pengupasan maka kacang tanah yang
akan dikupas harus dikeringkan
terlebih dahulu.
c.
Pembersihan
Alat pembersih
berguna untuk memisahkan gabah dengan sisa-sisa tangkaimalai ataupun
bahan-bahan lainnya seperti tanah yang ikut tercampur selama proses panen atau perontokan. Proses pembersihan yang tertua
dilakukandengan cara menampi dan meniup- niup bahan-bahan yang ringan
sehinggaterpisah dari bulir-bulir gabah. Proses menampi ini memisahkan bahan
atas dasar berat. Prinsip ini dipakai pula untuk
merancang alat pembersih yangdapat digerakkan secara manual ataupun masinal.
Pada alat pembersih baik manual ataupun
masinal, hembusan udara untukmemisahkan bahan atas dasar berat ditimbulkan oleh
putaran baling-balingyang dilekatkan pada suatu silinder putar dalam suatu
ruang sempit yang dapatdiatur celahnya untuk memisahkan bahan.
d. Pengeringan
Proses pengeringan paling murah adalah
menjemur bahan di bawah terik sinar matahari. Pengeringan dilakukan agar hasil
panen dapat diproses dengan aman dan mudah. Bahan hasil panen yang kering akan
sukar ditumbuhi jamur, apabila bahan berupa biji dan akan disimpan dalam waktu
lama dapat mencegah terjadinya proses perkecambahan pada saat disimpan.
Prinsip kerja alat pengering ini adalah
menghembuskan udara panas ke bahan yang diletakkan dalam suatu bak pengering.
Proses pemanasan udara dilakukan dengan menyalakan api dalam suatu dapur
pembakaran. Api dijaga agar tetap dapat menyala dengan menyemprotkan kabut
bahan bakar. Kemudian udara panas dihembuskan dengan alat penghembus berupa
baling-baling ke bahan yang tersimpan dalam kotak pengering. Bahan
tersimpan dalam kotak pengering bisa dalam keadaan curah Ataupun terletak dalam
karung-karung yang terisi tidak terlalu padat sehingga udara panas dapat
menerobos masuk ke dalam karung-karung tersebut.
F. Pemilihan Alat Mesin Pertanian
Sesuai dengan
program pemberdayaan P3A yang dilakukan, bahwa nantinya P3A akan mengelola
seluruh sistem irigasi secara bertahap, selektif, partisipatif dan demokratis
maka perlu pula dipikirkan usaha tani lainnya dengan mengusahakan tanaman yang berharga tinggi misalnya
bunga-bungaan dan buah-buahan. Untuk itu perlu dikenali pula proses budidaya
tanaman maupun alatpemroses pasca panennya seperti perajang umbi-umbian,
pemipil jagung, penyimpanan dan
pengangkutan buah dan sayur.
Agar dapat
memperoleh hasil yang lebih memadai maka proses pelatihan ini dapat digabungkan dengan program dari instansi lain misalnya
program pelatihan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pertanian setempat.
Ciri-ciri
atau kualitas yang terdapat atau tidak pada mesin sedikit banyak merupakan hal
yang abstrak, namun ciri-ciri itu fundamental dalam hubungannya dengan kualitas
mesin. Ciri-ciri itu merupakan faktor-faktor yang memungkinkan seorang peneliti
untuk menilai suatu mesin dengan lebih baik. Ciri-ciri kualitas mesin akan
menarik perhatian seorang peneliti kepada butir-butir yang ia cari dan mungkin
mempunyai pengaruh yang penting pada pemilihan suatu mesin dibandingkan mesin
yang lain (Smith dan Wilkes, 1990).
·
Merek Dagang
Defenisi
baku merek dagang adalah sebagai berikut : merek dagang adalah tanda, alat
lambing yang dilekatkan oleh pabrik, saudagar, atau pedagang pada
barang-barangnya untuk mengidentifikasikan bahwa barang-barang itu sebagai
barangnya dan dapat dibedakan dari barang yang dibuat, dijual, atau
diperdagangkan oleh orang lain. Sebagian besar negara memberi perlindungan
resmi (menurut hukum) kepada merek dagang bila merek dagang itu didaftarkan
sesuai dengan hukum. Pendaftaran itu memberikan hak eksklusif kepada pemilik
untuk menggunakan merek dagang itu (Hardjosentono,
dkk., 1996)
·
Nama Dagang
Nama
dagang adalah nama yang digunakan untuk menyebut suatu barang atau nama yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada suatu macam alat atau barang untuk
membedakan bahwa barang itu adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut. Nama dagang atau cap dagang dapat didaftarkan di kantor
Paten Amerika Serikat dan dengan demikian ia mendapatkan perlindungan hokum
seperti merek dagang. Nama dagang terkenal juga sangat mempengaruhi dalam
memilih alat yang baik (AAK, 1973).
·
Model
Model
dalam peralatan pertanian dapat menunjukkan tipe mesin, ukuran, penyempurnaan
atau desain baru suatu mesin lama, mesin untuk tujuan khusu, atau kombinasi
salah satu sifat tersebut atau lebih. Penunjukkan model dilakukan dengan seri
angka atau huruf atau kombinasi antara anga dan huruf (Hardjosentono,
dkk., 1996).
·
Perbaikan (Reparasi)
Sebelum
pembelian mesin yang manapun dipertimbangkan sebaiknya dilihat dahulu sumber
perbaikan yang tersedia. Apakah perbaikan dapat dilakukan ditempat yang dekat
ataukah harus dikirim ke tempat yang jauh. Perusahaan alat-alat pertanian yang
besar menyediakan kebutuhan reparasi di banyak tempat , sehingga dapat
memberikan pelayanan yang cepat kesetiap bagian negara (AAK, 1973).
·
Rancang bangun (Desain)
Desain
adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukan beda susunan mesin dari tipe
yang sama. Pabrik dapat saja mengeluarkan alat dengan merek dagang sama, tetapi
mesinnya belum tentu persis sama. Perbedaan dalam rancangan atau susunan
komponen-komponen inilah yang merupakan desain mesin sesungguhnya. Yakinkanlah
sebelum memilih alat atau mesin pertanian bahwa perisai pada poros pengambil
daya. Secara umum apakah mesin sudah siap untuk digunakan. Selain itu, keadaan
lingkungan juga harus diperhatikan dalam merancang mesin-mesin pertanian.
·
Mudahnya Pengoperasian
Banyaknya
alat-alat yang kelihatannya baik ternyata untuk pengoperasiannya dengan
berhasil dibutuhkan tenaga dan daya yang semestinya tidak banyak. Pengoperasian
mesin dengan mudah mungkin hanya bergantug pada setelannya yang tepat saja.
Kebanyakan ditemui disekitar kita, petani yang sudah membeli mesin-mesin pertanian
kemudian bingung dalam pengoperasiannya sehingga pekerjaan yang seharusnya
mudah menjadi lebih sulit. Pemakai mesin dapat salah langkah dalam
pengoperasiannya sehingga mengakibatkan mesin tersebut rusak dan kemudian tidak
dapat dipakai kembali (AAK, 1973).
·
Mudahnya penyetelan
Dalam
pemilihan penyetelan peralatan usaha tani, perlu dipelajari dengan hati-hati
metode penyetelan berbagai bagian mesin. Alat-alat yang dirancang untuk
menyederhanakan penyetelan dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga. Buku
petunjuk pemilik atau petunjuk operator harus dipelajari dengan teliti untuk
memahami metode penyetelan peralatan seperti direncanakan oleh perancang dan
penguji mesin. Banyak operator peralatan usaha tani cenderung tidak mau
mengambil waktu yang cukup untuk melakukan penyetelan-penyetelan yang perlu.
Namun hal ini sangat dianjurkan agar tidak menyesal setelah pengoperasian mesin
karena tergesa-gesa dalam penyetelannya.
·
Kondisi dan Kesesuaian Kerja
.Jika tidak sesuai lagi untuk dioperasikan di
lapangan. Suatu mesin mungkin dapat bekerja baik di suatu tempat, tetapi sama
sekali gagal di tempat lain, karena mesin itu disesuaikan dengan kondisi tanah
tertentu dan cara bercocok tanam.
·
Penggantian unit dengan cepat
Waktu
dan tenaga yang diperlukan untuk melepas suatu unit mesin dan memasang unit
yang lain merupakan pertimbangan yang penting dalam pemilihan peralatan usaha
tani. Beberapa merek peralatan dibuat dalam paket unit dan dirancang agar
pergantian dapat dilakukan hanya dalam waktu beberapa menit, dari bajak ke
mesin tanam, dari mesin tanam ke pendangir, dan waktu yang sama untuk kembali
dari pendangir ke mesin tanam.
·
Keluwesan Gerak
Secara
umum untuk peralatan yang di pasang pada traktor, tersedia alat pengangkat
dengan mesin atau digerakkan secara hidraulik. Unit tersebut dapat diangkat
oleh traktor sehingga traktor dapat bergerak dengan bebas seperti tanpa membawa
alat apapun. Bila alat tipe gandengan dipasang pada traktor, pembelokan tidak
dapat setajam traktor dengan kelengkapan yang terpasang.
·
Kenyamanan
Karena
operator peralatan bermesin harus duduk
mengendalikan mesin itu dari hari ke hari, maka kenyamanan dan
keselamatan tempat duduknya harus sangat diperhatikan. Tempat duduk harus
stabil dan mudah distel untuk disesuaikan dengan ukuran individu yang
berbeda-beda.
·
Faktor-faktor lain
Faktor-faktor
lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan mesin atau peralatan usaha tani
adalah kebutuhan daya, biaya operasi, biaya awal, perkiraan umur pemakaian dan
aakah pembelian peralatan tersebut menguntungkan dihubungkan dengan ukuran
lahan usaha tani dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh peralatan tadi
(Smith-Wilkes, 1990).
III. METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Balai Agro Techno Park (ATP)
pada tanggal 17 Desember 2011 dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00.
B. Cara Kerja
Trakor
a. Setelah taktor berada di lahan. Nyalakan kontak mesin.
b. Setelah hidup injak kopling dan pindah gigi kanan 2 dan
gigi kiri 1.
c. Lepaskan kopling secara perlahan dan jalankan dengan
melihat kedepan.
d. Turunkan implement dan jalankan traktor dengan kemudi.
e. Usahakan agar mengemudi dengan mengunakan tangan satu
(tangan kiri).
f. Naikan implement apabila traktor terasa berat.
g. Jangan lupa untuk melihat ke belakang untuk melhat hasil
pengolahan tapi tetap focus pada bagian depan yang akan di olah.
h. Setelah traktor samapai pada bagian ujung lahan angkat
implement dan belokan traktor dengan menginjak rem dan membanting kemudi kekiri
secara bersamaan lalu injak kopling.
i. Setelah membelok lepaskan kopling secara perlahan dan
turunkan implement lanjutkan pengolahan dan naik turunakan implement sampai
pengolahan selesai.
j. Setelah pengolahan selesai naikan implement injak kopling
turunkan gigi dan matikan mesin.
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
Traktor
Roda Empat
1.
Jenis dan cara pemilihan traktor roda empat
Kebanyakan
traktor roda empat yang dipergunakan di Asia Tenggara memiliki tenaga
12hp hingga 80hp, sebagian berpenggerak dua-roda (two-wheel drive), dan
beberapa berpenggerak empat-roda (four-wheel drive). Traktor roda
empat banyak dipergunakan di lahan perkebunan, dan di beberapa negara sudah
dipergunakan di lahan sawah.
Enjin (engine) yang dipergunakan pada traktor roda
empat kebanyakan enjin diesel multi silinder berpendingin air, mayoritas adalah
enjin 4-tak. Traktor roda empat dilengkapi dengan pto (power take off),
dan dilengkapi juga dengan sistem tiga
titik gandeng (three point
hitch/linkage system)
Dalam
memilih jenis dan ukuran traktor, hal-hal berikut harus benar-benar
diperhatikan:
- Pekerjaan
apa yang ingin dilakukan, dan implemen apa yang akan dipergunakan
- Jenis-jenis
lahan yang harus dipertimbangkan antara lain: lahan kering (upland field),
lahan sawah, hutan, padang rumput, semak-semak, dll.
-
Jam kerja pertahun
- Luas
lahan yang akan digarap, jarak antara petak lahan, frekuensi pindah dari satu
petak ke petak lainnya, kondisi kerja dan pindah, kemiringan lahan, dll.
Sebagai
contoh, sebaiknya dipergunakan traktor yang besar bila lahannya luas
dengan ukuran petak lahan yang akan diolah besar, dan waktu kerja per tahun
juga besar. Namun demikian, akan lebih efektif menggunakan traktor lebih
kecil bila ukuran petak lahannya kecil. Traktor ukuran kecil juga lebih
baik dipergunakan untuk lahan sawah yang ukuran petaknya lebih kecil.
Traktor berpengerak empa-roda lebih baik dipergunakan pada lahan-lahan dengan
tingkat kemiringan tinggi, banyak galengan/tanggul.
Bila
akan membajak lahan yang baru dibuka, dimana disana masih terdapat banyak
batu dan tunggul, maka traktor dengan peralatan draft-control akan
lebih baik dipergunakan. Jika kita telah memiliki implemen yang cukup banyak
jumlahnya, maka traktor yang harus dipilih adalah yang dapat digandengkan
dengan implen-implemen itu. Jika kita memerlukan lebih dari satu unit traktor,
maka memiliki traktor dengan jenis yang sama atau berbeda, sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangan. Bila jenisnya sama, maka akan lebih mudah
memeliharan dan menyediakan suku cadang, tapi tidak dapat dipergunakan untuk
pekerjaan yang sangat bervariasi.
2.
Konstruksi dan Fungsi
2.1.
Konstruksi dan keutamaan dari traktor roda empat
Traktor
roda empat secara mendasar terdiri dari bagian-bagian utama sebagai berikut:
2. Alat untuk penyaluran
tenaga (power transmission device)
3. Alat untuk bergerak (running
device)
5. Alat untuk bekerja (working
device)
Secara
umum, bila melihat bagian-bagian tersebut, sepertinya tidak ada perbedaan besar
antara traktor dengan mobil pada umumnya. Perbedaan sepertinya hanya ada
pada bagian terakhir yaitu alat untuk bekerja, namun demikian sebenarnya
keempat bagian lainnya juga ada banyak perbedaan. Misalnya bila kita ingin
mengubah sebuah truk dimodifikasi menjadi traktor, maka hal-hal berikut harus
dipertimbangkan:
a. Konstruksi traktor
sangat kaku di semua bagian
b. Traktor dipergunakan
dengan beban berat hampir di seluruh waktu kerjanya
c. Traktor bergrak dengan
kecepatan rendah
d. Traktor umumnya bergerak
di lahan yang tidak rata
e. Traktor beroperasi pada
lahan berdebu dan berlumpur
f. Traksi atau gaya tarik
yang kuat diperlukan
g. Ground clearance besar
dibutuhkan
h. Rem untuk roda kiri dan
kana harus dipisahkan dan bebas, namun bisa disatukan dengan menggunakan differential
lock.
Selain
keutamaan tersebut di atas, perlu diperhatikan bahwa traktor harus memiliki
kemampuan menarik dan mengangkat implemen. Oleh sebab itu penyaluran tanaga ke
bagian ini harus tersedia.
2.2.
Enjin
Kebanyakan
dari traktor roda empat dilengkapi dengan enjin diesel, 4-tak, berpendingin
air. Banyak diantaranya memiliki 2 hingga 6 silinder. Enjin traktor
nampak seperti enjin truk atau bus tetapi dilengkapi dengan governor yang efektif
untuk keperluan dapat menjaga putaran konstan dengan tanpa memandang beban yang
diberikan.
Gambar Enjin Traktor
Enjin
dari sebuah traktor roda empat umumnya dilengkapi dengan:
1) Sistem bahan
bakar. Enjin traktor biasanya memiliki sebuah pompa injeksi untuk setiap
silinder. Untuk mengalirkan bahan bakar, diperlukan pompa bahan bakar
2) Sistem pelumasan. Minyak
pelumas dialirkan secara paksa oleh pompa minyak pelumas ke berbagai bagian
enjin.
3) Sistem pendingin.
Radiator dan kipas pendingin selalu melengkapi enjin yang berpendingin
air. Pompa harus dilengkapi untuk memastikan terjadinya sirkulasi air.
4) Sistem listrik.
Ada alat motor starter untuk memutar flywheel yang ditenagai oleh aki (accu).
Aki juga digunakan untuk menyalakan lampu, klakson dan aksesoris lainnya.
Aki dicharge oleh generator, yang selalu berputar bersama putaran enjin.
2.3.
Alat untuk penyaluran tenaga
Alat
ini berfungsi menyalurkan tenaga dari enjin menuju roda, poros pto, pompa oli
untuk menggerakkan tiga-titik gandeng (thre- point linkage/hitch), dan
lain-lainnya, pada berbagai tingkat kecepatan putaran. Penyaluran tenaga
ke roda, mirip dengan yang ada pada mobil, yaitu memiliki urutan dari enjin –
kopling – gigi kecepatan – gigi diffrensial – poros roda. Karena traktor
bergerak dengan kecepatan yang sangat bervariasi, mulai dari 0,3 hingga 10
km/jam di lahan, dan 15 – 24 km/jam di jalan raya, jumlah gigi perubahan
kecepatan umumnya bervariasi dari 6 hingga 12, atau lebih. Gigi
differensial dapat dikunci dengan diffrential lock, ini akan membuat
kedua roda penggerak berputar bersamaan bila salah satu roda mengalami
slip. Blok enjin dan sistem transmisi biasanya menjadi satu sebagai badan
utama traktor, maka dia dibuat dengan konstruksi yang sangat kuat
Gambar Sistem
transmisi traktor roda empat
2.4.
Alat untuk bergerak
Bagian
utama untuk bergerak adalah roda ban. Roda ban traktor ukurannya besar, untuk
memberikan ground clearance yang besar, juga untuk mempermudah gerak
pada lahan tidak rata, dan juga untuk meningkatkan kemampuan traksi.
Namun demikian, untuk lebih meningkatkan kemampuan traksinya, kembang roda ban
dibuat lebih tinggi. Demikian juga sering dilengkapi dengan berat
tambahan berupa besi atau penambahan air ke dalam ban. (Gambar 4)
Namun
demikian, pada lahan sawah yang berlumpur, beban yang berat akan malah
menghambar gerak traktor. Oleh sebab itu, traktor untuk lahan sawah
biasanya dilengkapi roda sangkar, untuk mengurangi tekanan kontak.
Rem
hanya disediakan pada roda belakang. Rem roda kiri dan kanan dapat
dipergunakan sendiri-sendiri untuk memudahkan belok (Gambar 5). Traktor
untuk lahan sawah biasanya dilengkapi dengan rem yang memilik bearing dengan
seal kedap air.
Beberapa
traktor dengan berpenggerak empat roda memiliki empat buah roda yang sama
besar, dan ada yang memiliki roda depan yang lebih kecil. Traktor yang
memiliki empat roda yang sama besar umumnya memberikan traksi yang lebih besar,
tapi lebih sulit untuk dikemudikan dibandingkan dengan yang roda depannya lebih
kecil.
2.5.
Alat untuk kemudi
Traktor
roda empat umumnya dikemudikan dari ruang
kemudi dengan mengendalikan roda
depan melalui roda kemudi (stir), sebagaimana umumnya mobil. Namun ada juga kemudi
dilakukan dengan mengatur roda belakang, seperti traktor buatan Thailand
(Gambar 6). Gigi differential sangat penting untuk poros roda penggerak, dan
jangan gunakan differential lock saat berbelok.
Sistem power steering
digunakan untuk traktor besar. Ini akan membantu memperingan pengemudian
traktor. Saat berbelok, diperlukan juga bantuan rem kiri bila berbelok
tajam ke kiri atau sebaliknya.
2.6.
Alat untuk bekerja
Tiga-titik
gandeng (three-point hitch) adalah bagian dari traktor yang berfungsi
untuk menggandeng implemen (Gambar 7). Dua buah lower link, kiri
dan kanan, mampu bergerak naik yang dioperasikan oleh tekanan hidrolik, dan
bergerak turun oleh gaya gravitasi. Implemen dapat dinaik-turunkan oleh
operator melalui alat ini dari kursi duduk operator. Pada saat mengolah
tanah, implemen pengolahan tanah umumnya diangkat pada saat traktor
berbelok. Bila peralatan stasioner, misalnya alat perontok atau pompa air
dioperasikan melalui pemanfaatan poros pto, maka alat-alat tersebut akan dapat
dengan mudah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya apabila alat-alat
tersebut dipasangkan pada tiga-titik gandeng.
Tiga-titik
gandeng biasanya dilengkapi dengan alat kendali posisi otomatis (automatic
posisition control device), atau alat kendali draft otomatis (automatic
draft control device), atau keduanya. Yang pertama berfungsi menjaga
agar implemen selalu berada pada ketinggian yang telah diset melalui tuas
kendali. Yang kedua digunakan untuk secara otomatis menjaga tahanan tarik
yang tetap, misalkan, dengan secara otomatis menaikkan implemen bila melalui
tanah keras atau halangan, dan jika tanahnya seragam, maka kedalaman pengolahan
yang seragam akan dengan mudah dapat diperoleh.
Tenaga
yang disediakan pada poros pto dipergunakan untuk memutar implemen sambil
menariknya seperti kultivator rotari, mower, dll. Dan juga dapat digunakan
untuk menggerakkan peralatan stasioner. Poros pto biasanya terletak di bagian
belakang bawah traktor (Gambar 8). Putaran pto bervariasi tergantung
jenis traktor, berkisar antara 500 hingga 1500 rpm sesuai dengan putaran engine.
Ada yang putaran pto tidak bergantung pada kecepatan maju traktor (cocok untuk
kultvator rotari, mower, kerja stasioner, dll), ada juga yang sesuai dengan
laju traktor (cocok untuk alat tanam, penyiang, dll).
2. Alat pengeringan
Cara kerja
alat pengeringan adalah sebagai berikut:
a) Mula-mula isilah bak
pengeringan dengan bahan yang akan dikeringkan secukupnya. Periksalah kadar air
permulaan dengan menggunakan alat pengukur (moisture
tester).
b) Hidupkan motor dan jalankan
baling-baling kipas angin hingga udara mengalir ke ruang pengeringan.
Pengaliran udara biasa tanpa panas ini sangat diharuskan,terutama bagi
biji-bijian yang baru saaj dipanen. Hal ini dimaksudkan untuk menhilangkan air
yang menempel pada biji-bijian tersebut, sehingga hangusnya bahan oleh udara
dari api atau kompor dapat dihindarkan. Selain itu cara ini dimaksudkan untuk
menyeragamkan kondisi bahan sebelum dialiri udara panas. Pada biji-bijian
yang baru saja dipanen dari sawah,
pengaliran udara biasa ini berlangsung lebih lama (± 2-3 jam) daripada bahan
yang telah mengalami penjemuran sementara.
c) Setelah proses di atas selesai,
hidupkanlah alat pemanas. Mula-mula hentikan baling-baling kipas tanpa
mematikan motornya.
d) Alirkan minyak tanah ke
piringan pra-pemanas dan kemudian nyalakan dengan korek api.
e) Setelah kompor cukup panas dan
nyala api cukup besar, jalankan baling-baling kipas angin agar udara panas
tersedot ,masuk ke ruang pemanasan.
f) Aturlah pemasukan bahan bakar
ke kompor dengan menyetel keran pemgeluaran minyak tanah dari tangkinya.
Semakin banyak minyak tanah dialirkan ke kompor, semakin besar nyala api dan
semakin tinggi suhu menunjuk angka 42° untuk benih atau 55°-60° untuk bahan
konsumsi.
g) Pertahankan suhu itu sampai ±1
jam atau lebih, sesuai keperluan.
h) Sesudah 1-2 jam pengeringan
dengan udara panas, lakukanlah waktu istirahat selama 1-2 jam pula.
i) Setelah itu, alirkan lagi uadar
panas, waktu istirahat, udara panas, waktu istirahat, dan seterusnya. Dengan
cara ini, kerusakan akibat proses pengeringan dapat dihindari.
3. Alat perontokan
Cara kerja alat perontokan adalah sebagai
berikut:
a) Setelah semuanya
siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah
posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau
berpindah tempat.
b) Masukkan sedikit
bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum
perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
c) Setelah mesin
siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan
secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua
sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
d) Kurangi pemasukan
bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama untuk bahan yang
masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan
bagian dalamnya.
e) Apabila dirasa
posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi
untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin
perontok.
f) Cegahlah jangan
sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk
kedalam mesin.
g) Kotoran berbentuk
jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus
segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur
dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung
menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
h) Apabila proses
perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan (terutama bagian
dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila perlu diberi
selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan
menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini
antara lain:
1. Mekanisasi pertanian
adalah aplikasi mekanis berupa mesin atau alat pada proses produksi pertanian
(dalam arti luas) baik on-farm maupun off-farm.
2. Kegiatan mekanisasi
pertanian meliputi Penyiapan
Lahan, Penanaman, Perawatan Tanaman Dan Pemupukan, Pemanen,
Pasca Panen.
3. Traktor yang digunakan pada praktikum ini merupakan traktor
dengan bajak piringan yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah kedua.
B. Saran
Adapun saran untuk
praktikum ini adalah pada saat di lapangan praktikan dapat memanajemen waktu
agar seluruh semua kegiatan dapat diikuti dan diharapkan
kepada praktikan dapat memahami kegunaan alat dan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan pertanian.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Mekanisasi
Penanaman. http://www.scribd.com/doc/45040445/Mekanisasi
Pertanian. diakses tanggal 26
Desember 2011.
AAK. 1973. Tanah dan Pertanian.
Yogyakarta: Kanisius.
Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Bina Aksara.
Kawiji dan Supriyono. 1997. Sprayer Pertanian.Solo: Trubus Agriwidya
Musnamar, Effi Ismawati. 2003. Pembuatan
dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santoso, Hieronymus. 1994.
Perontok Biji Kedelai.
Yogyakarta: Kanisius.
Smith, Harris dan Lambert Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani Edisi Keenam.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soenarto, R. 1959. Pengairan.
Yogyakarta: PT Soeroengan
Sutejo, Mul Mulyani. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka
Umboh, Andry Harits. 1997. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Wijayanto.1996. Memilih, Menggunakan dan Merawat Traktor Tangan. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.
Wisubroto, dkk. 1983. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Jakarta Timur: Balai Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar