BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat
diingkari. Segala sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu
stadium dari deretan proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan
keseimbangan yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif karena
keadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari komponennya mengalami
perubahan.
Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan
sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian
nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas
pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada
pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses
pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut
Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase
perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami
dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke
yang lebih kompleks.
Odum (1971) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas
cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain
sampai keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat
dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa.Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut suksesi
ekologi atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang
(homeostatis).Di alam terdapat dua macam suksesi yaitu suksesi primer dan
suksesi sekunder
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu.
Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total
sehgga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat
terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung merapi, endapan
lumpur yang baru di sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula
karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batu bara, dan minyak
bumi.
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami
gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak
total tempat tumbuh organisme, sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama
dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang
laut, kebakaran, angina kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan
dan pembakarn padang rumput dengan sengaja.
Penyebab Suksesi
1. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang
lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa
akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu
tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya
besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat
seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah,
antara lain:
* Erosi:
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam
proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
* Pengendapan (denudasi):
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah
diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan
vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
3. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu
di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di
padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh
kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
1. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses suksesi
alam dengan lahan garapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan bumi selalu berubah-ubah. Kandungan CO2 dan O2 dalam
udara, iklimnya, gunungnya, flora dan faunanya tidaklah tetap. Dalam skala yang
kecil kita lihat pada gunung Krakatau. Setelah letusannya yang amat dahsyat
dalam tahun 1883, kehidupan di pulau itu dapat dikatakan terhapus. Dari
penelitian yang dilakukan secara berulang dalam jangka waktu panjang, dapatlah
diketahui kehidupan kembali lagi. Mula-mula terdapat tumbuhan tingkat rendah,
seperti lumut dan paku-pakuan. Kemudian tumbuhan tingkat tinggi. Proses ini
disebut suksesi (Soemarwoto, 1983:24).
Suatu daerah tidak tetap demikian untuk waktu yang lama.
Diawali dengan tumbuhan daerah itu segera dihuni oleh beragam spesies tumbuhan
atau hewan. Organisme-organisme ini mengubah habitat yang membuatnya sesuai
bagi spesies lain menjadi mantap. Masa pendewasaan perkembangan suatu daerah
seringkali mencapai suatu keadaan relatif stabil yang diberikan sebagai tahapan
klimaks. Selama masa perkembangan ini, penghunian suatu daerah baru,
pertama-tama oleh tumbuhan melandasi jalan bagi hewan-hewan untuk tinggal di
dalamnya disebut suksesi. Suksesi adalah suatu cara umum perubahan progresif
dalam komposisi spesies suatu komunitas yang sedang berkembang. Hal ini secara bertahap
disebabkan oleh reaksi biotik dan berlangsung melalui sederetan tahapan dari
tahapan pelopor menuju tahapan klimaks (Michael, 1996:383).
Vegetasi yang dibiarkan demikian saja, menunjukkan
kecenderungan untuk berubah ke suatu arah tertentu. Biasanya dari komunitas
yang tidak begitu rumit yang terdiri atas tumbuh-tumbuhan kecil menjadi
komunitas yang lebih kompleks yang didominasi oleh tumbuh-tumbuhan yang lebih
besar (atau bagaimanapun menimbulkan kesan adanya kompetisi yang lebih besar).
Perubahan itu bersifat kontinu, tahap-tahap yang dikenal hanya merupakan
ruas-ruas ungkapan vegetasi. Demikian itulah yang disebut suksesi (Polunin,
1960:761).
Proses pengorganisasian sendiri dengan mana
ekosistem-ekosistem mengembangkan struktur dan proses ekologi dari energi yang
tersedia disebut suksesi. Suksesi meliputi pengorganisasian menjadi mantap dan
kadang-kadang kembali ke awal (retrogess). Suksesi dipertimbangkan berakhir
apabila suatu pola ke suatu kondisi yang kurang terorganisir memulai melakukan
suksesi lagi. Klimaks adalah merupakan puncak pertumbuhan atau puncak tertinggi
yang telah dicapai (Odum, 1992:456).
Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat
dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan
sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan
dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Proses suksesi berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang
(homeostatis) (Suharno, 1999:184).
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas
tumbuh-tumbuhanoleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi
lambat ketika tempattumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan
dapat tumbuhdiatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika
suatu komunitasdirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi
serangga dan digantioleh yang lain (Daniel,et al, 1992).
Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan
komunitas yangmerupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap
(stabil) danpermanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan
suksesi sebagaiperubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada
suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan
yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b)
migrasi;(c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks.
UraianClements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu
mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam
populasimerubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi
populasidalam aliran evolusi. Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang
memperhatikan semuaperubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama
dalam suatu perjalananwaktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974).
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi akan berakhir dengan
pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam suksesi
dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua suksesi ini
terletak pada kondisi habitat pada awal suksesi terjadi (Jamili dan Muksin,
2003:5).
Apabila perkembangan dimulai di suatu daerah yang sebelumnya
belum pernah diduduki oleh suatu komunitas (seperti misalnya batu yang baru
saja muncul atau permukaan pasir, atau aliran lava), maka prosesnya dikenal
sebagai suksesi primer. Apabila perkembangan komunitas berlangsung dalam daerah
yang pernah diduduki komunitas lain (seperti misalnya padang pertanian yang
ditinggalkan atau hutan yang telah ditebang ), prosesnya disebut suksesi
sekunder. Suksesi sekunder biasanya lebih cepat sebab beberapa makhluk atau
benih-benihnya telah hidup dan ada, dan daerah yang sebelumnya telah diduduki
itu lebih mau menerima perkembangan komunitas daripada yang steril. Suksesi
primer cenderung mulai pada tahap produktivitas yang lebih rendah daripada
suksesi sekunder (Odum, 1996:322-323).
Menarik untuk diteropong lebih dekat ialah kedudukan dan
peran bermacam jenis pionir yang ternyata begitu penting dalam suksesi primer.
Pada dasarnya jenis-jenis itu hidup pada lingkungan habitat yang sangat
gersang. Jenis pionir harus merupakan jenis generalis dengan relung yang lebar,
mampu bertahan terhadap fluktuasi faktor abiotik yang tidak melemah karena
pengaruh kekuatan intrakomunitas (Wirakusumah, 2003:142).
Suksesi sekunder terjadi apabila suatu suksesi normal atau
ekosistem alami terganggu / dirusak. Kebakaran, perladangan, penebangan secara
selektif, penggembalaan dan banjir adalah contoh kegiatan manusia yang
menimbulkan gangguan tersebut. Gangguan ini tidak sampai merusak total tempat
tumbuh, sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan masih
ada. Contoh: kondisi hutan yang terlantar atau tanah garapan yang ditinggalkan.
Hal ini menyebabkan perbedaan suksesi sekunder dan suksesi primer terletak pada
kondisi awal habitatnya. Pada suksesi primer, habitat awal terdiri atas habitat
yang sama sekali baru sehingga tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal
berasal dari biji dan benih yang datang dari luar. Sedangkan pada suksesi
sekunder, biji dan benih tidak saja berasal dari luar tetapi juga dari dalam
habitat itu sendiri (Arief, 1994:32-33).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu
Pada praktikum suksesi tumbuhan ini dilakukan di lahan
garapan jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 april dari jam 08.00 sampai dengan
selesai.
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain 1)
parang, 2) meteran, dan 3) cangkul
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1)
tali plastic dan 2) kayu.
1. Cara Kerja
2. Bersihkan lahan garapan dengan cangkul
dari rumput dan tumbuhan lain yang ada, seluas 25 m2
3. Bagi lahan tersebut menjadi petak kecil
yang berukuran 1 x 1m2 dengan menggunakan meteran dan sibatasi oleh
tali raffia. Selanjutnya biarkan petak tersebut selama satu minggu.
4. Setelah satu minggu, amati jenis
tumuhan yang tumbuh pada masing-masing petak 1 x 1 m2 dan catat
jumlah, serta tinggi masing-masing tumbuhan.
5. Pengamatan dilakukan terus setiap
minggu hingga delapan minggu.
6. Catat perubahan komposisi tumbuhan
tersebut dan bandingkan hasil pengamatam setiap minggu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Suksesi adalah suatu proses perubahan,
berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam
jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan
komunitas semula.
3. Suksesi primer terjadi jika suatu
komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara
total sehingga terbentuk habitat baru.
4. Suksesi sekunder terjadi jika suatu
gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas
tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.
5. Gangguan yang menyebabkan terjadinya
suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan
manusia.
6. Perubahan bersifat kontinu, rentetan
suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu
keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks.
1. Saran
Sebaiknya pengamatan suksesi harus lebih teliti dalam
mengamati dan mengukur jenis tumbuhan yang tumbuh pada lahan garapan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A., 1994, Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap
Lingkungan, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.
Jamili, Muksin, 2003, Penuntun Praktikum Dasar-dasar
Ekologi, FMIPA Unhalu,Ke
ndari.
Michael, P., 1996, Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang
dan Laboratorium,
UI Press, Jakarta.
Odum, H. T., 1992, Ekologi Sistem Suatu Pengantar, UGM
Press, Yogyakarta.
Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM
Press, Yogyakarta.
Polunin, M., 1960, Pengantar Geografi dan Beberapa Ilmu
Serumpun, UGM Press,Y
ogyakarta.
Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, Djambatan,J
akarta.
Soeriatmadja, R. E., 1977, Ilmu Lingkungan, ITB, Bandung.
Suharno, 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang
Pengetahuan Ilmu-ilmu lin
gkungan, UI Press, Jakarta.
laporan yang bagus dan sangat menarik menurut saya,., dipikiran saya tersirat bahwa membuat lapora ini tidaklah mudah,., maka saya memberi anda "jempol",., salam kenal saya AMIR
BalasHapus