Cari Blog Ini

Jumat, 23 Desember 2011

laporan tetap ekologi pertanian-populasi dekomposer

BAB I
PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan dibumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mokroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Dari segi klimatologi tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada suatu lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang mengandung banyak cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap oleh akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Kelimpahan cacing tanah pada suatu lahan di pengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, kaesaman tanah, kelembaban tanah, suhu, atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik apabila factor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sistem pertanian manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan kimia telah mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangn lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah manusia. Adanya vegetasi diperkirakan mempengaruhi kondisi fisik tanah, dan pada akhirnya mempengaruhi keberadaan dari cacing tahan tersebut.
Pengurai ini merupakan tingkat makanan utama yang terakhir dalam ekosistem.Kelompok ini terutama terdiri dari jasad renik tanah seperti bakteri dan jamur Walaupun juga mencakup cacing tanah, rayap, tungau, kumbang dan annthrophoda lainnya.
Tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing—masing berbeda pada setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45%(volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30% udara dan 20-30 % air.
Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organic dan pengikatan unsure hara. Keduanya bermuara pada penyedian hara tersedia bagi tanaman serta sebagai pemangsa parasit. Sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan maupun sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman ataupun sebagai kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah.
Fauna pada ekosistem tanah terdiri atas makro fauna dan mikro fauna. Makro fauna tanah meliputi : herbivora seperti annelida(cacing tanah) ,milusca(bekicot), crustaceae, chilopoda(kelabang), diplolopoda(kaki seribu), dan insecta(serangga) serta karnivora meliputi arachnida(laba-laba, kalajengking),insecta(belalang sembah),ular atnah dan tikus tanah. Sedangkan mikro fauna tanah meliputi protozoa dan rotifera. Makro fauna tanah meningkatkan agregasi tanah, yang merupakan campuran antara bahan-bahan organic dengan tanah.,sehingga mempermudah akar-akar tanaman untuk tubuh dengan baik.
Cacing rentan terhadap perubahan lingkungan yang buruk. Maka dari itu cacing di gunakan untuk bioindikator tanah. Tindakan budi daya pertanian yang tidak ramah lingkungan sangat berpengaruh pada cacing, terutama pada tipe endogoik. Maka pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kualitas tanah dengan indicator cacing (Semakin tinggi jumlah cacing dalam suatu tanah maka semakin tinggi kualitas tanah).
1.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang berkerja membantu menghancurkan bahan organik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu ekosistem terjadi suatu siklus kehidupan dan kematian. Organisme yang disebut pengurai (Dekomposer) yaitu bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya bertanggung jawab terhadap kesempurnaan siklus hidup dan matinya. Organisme pengurai tersebut menguraikan bahan-bahan organic yang dapat digunakan oleh organisme produsen, tanpa hadirnya organisme pengurai maka suatu ekosistem akan dipenuhi oleh sampah, bangkai tanaman dan hewan. (Darmono, 2001: 6-7)
Decomposer atau pengurai adalah organisme yang berperan menguraikan organisme lain yang telah mati. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai diantaranya:
1). Mikroorganisme (Jasad Renik)
Adalah makhluk hidup (organisme yang berukuran mikroskopis (sangat kecil)tidak dapat dilihat oleh mata. Sehingga untuk melihatnya diperlukan alat yang disebut mikroskop. Contohnya: bakteri, algae unicellular (alga satu sel), Fungi unicellular (jamr satu sel).
2). Makroorganisme
Adalah makhluk hidup yang berukuran lebih besar dari mikroorganisme dan dapat dilihat oleh mata biasa. Contohnya: Larva, Serangga, Cacing, Kumbang, dan fung multicelluler. ( Seto wardono : 10-11).
Kepadatan populasi cacing tanah sangat bergantung pada factor fisika-kimia tanah dan tersedianya makanan yang cukup baginya. Pada tanah yang berbeda factor kimiatentu kepadatan populasi cacing tanahnya berbeda. Demikian juga tumbuhan pada suatu daerah sangat menentukanjenis cacing tumbuh dan kepadatan populasi di daerah tesebut. Tersedianya makanan yang sangat menentukan pertumbuhan populasi cacing tanah sebagai hewan yang ikut beperan dalamdalam proses dekomposisi mamakan sisa-sisa tanaman, sedangkan bagian yang tidak terserap dikeluarkan berupa material yang lumat. ( Nurdin,2003 : 13 dan 134)
Secara alamiah,morfologi dan anatomi cacing tanah berevolusi menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Atas dasar informasi dan pengalaman Bouche cit. Hanafiah(2002), merumuskan ekologis cacing tanah seperti yang tertera dalam tabel,yaitu:sifat-sifat Epigeik (berpigmen merah dan hidup dalam tanah) Endogeik(tanpa pugmen merah dan hidup dalam tanah) Anecigueik(hidup dalam tanah,makan dan eskresi di permukaan tanah.
Dari segi penyuburan solum tanah yang sangat berperan dalam tipe ini,tetapi paling rentan terhadap perubahan lingkungan yang buruk.oleh karena itu, penetapan tindakan budidaya pertanian yang tidak berwaawsan lingkungan dengan segera akan berpengaruh negatif terhadap tipe ini. Aneciqueik mempunyai bobot yang paling berat dan kebisaan makan dan ekskresi di permukaan tanahsehingga berperan paling penting dalam meninbgkatkan kadar biomass dan kesuburan tanah lapisan atas. Apabila dikaitkan dengan kedalaman perakaran tanaman, tipe endogeik akan lebih cepat terlihat pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman tahunan/keras dan kehutanan yang berakar dalam, sehingga tipe aneciqueik akan lebih cepat terlihat peranya pada tanaman semusim atau perakaran dangkal.(Kemas Ali,2003)
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah. Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya bahan organic dan nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk organisme. Cacing memiliki enzim selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu mendegradasi selulosa dan polimer khitin. (lud,2005)
Factor-faktor fisik yang mempengaruhi cacing tanah adalah a) kemasaman pH tanah,b)kelengasan tanah,c)temperatur,d)aerasi dan CO2.e)bahan organic.f)jenis tanah,dan g) suplai nutrisi.(Kemas Ali,2003)
Tanah adalah benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas serta mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik (Arsyad, 2000). Pada komponen tersebut selain terdiri dari komponen mati (abiotik) terdapat juga bagian yang hidup (biotik) berupa organisme tanah yang menjalin suatu sistem hubungan timbal balik antar berbagai komponen sebagai suatu ekosistem yang cukup kompleks. Hubungan antara beberapa sifat tanah abiotik dan fungsi ekosistem dapat dijadikan sebagai fungsi yang berhubungan langsung terhadap produksi tanaman dan erosi tanah. Oleh karenanya praktek pengelolaan tanah untuk abad 21 mendatang harus diformulasikan berdasarkan suatu pemahaman dari konsep ekosistem (Herrick,2000)
A.Kualitas tanah
Istilah kesehatan tanah atau kualitas tanah yang diaplikasikan pada
agroekosistem menunjuk kepada kemampuan tanah untuk mendukung secara terus menerus pertumbuhan tanaman pada kualitas lingkungan yang terjaga (Magdoff, 2001).
Menurut The Soil Science Society of Amerika, yang dimaksud dengan Kualitas Tanah (soil quality) adalah kapasitas dari suatu jenis tanah yang spesifik untuk berfungsi di alam atau dalam batas ekosisten terkelola, untuk mendukung produktivitasbiologi, memelihara kualitas lingkungan dan mendorong kesehatan hewan dantumbuhan (Herrick, 2000).
Jhonson et. al. (1997 dalam Doran dan Zeiss, 2000) mendefinisikan kualitas tanah sebagai suatu ukuran kondisi relatip tanah untuk kebutuhan satu atau lebih spesies biologi dan atau untuk suatu tujuan manusia. Untuk aplikasi di bidang pertanian, yang dimaksud dengan kualitas tanah adalah kemampuan tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem yang sesuai untuk produktivitas biologis, mampu memelihara kualitas lingkungan dan mendorong tanaman dan hewan menjadi sehat (Magdoff, 2001).
Secara lebih terinci, Doran dan Safley (1997) mendefinisikan kualitas tanah sebagai kecocokan sifat fisik, kimia dan biologi yang bersama-sama (1) menyediakan suatu medium untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas biologi, (2) mengatur dan memilah aliran air dan penyimpanan di lingkungan serta (3) berperan sebagai suatu penyangga lingkungan dalam pembentukan dan pengrusakan senyawa-senyawa yang meracuni lingkungan. Tanah disebut berkualitas tinggi bila memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) cukup tapi tidak berlebih dalam mensuplai hara (2) memiliki struktur yang baik (3) memiliki kedalaman lapisan yang cukup untuk perakaran dan drainase (4) memiliki drainase internal yang baik (5) populasi penyakit dan parasit rendah (6) populasi organisme yang mendorong pertumbuhan tinggi (7) Tekanan tanaman pengganggu (gulma) rendah (8) tidak mengandung senyawa kimia yang beracun untuk tanaman (9) tahan terhadap kerusakan dan (10) elastis dalam mengikuti suatu proses degradasi (Magdof, 2001).

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.     Tempat dan Waktu.
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan di Lahan Arboretum Universitas Sriwijaya pada tanggal 18 April 2011 pada hari senin pukul 08.00 sampai dengan selesai.
1.     Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah emberat, pinset, tali, parang. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air sabun, minyak tanah.
1.     Cara Kerja
1.     Bersihkan seresah penutup tanah dari ekosistem komunitas yang akan di amati.
2.    Batasi petak kudrat tersebut setiap satuan meter persegi.
3.    Semprotkan minyak tanah pada petak I dan air sabun pada petak II hingga jenuh.
4.    Tunggu selama 15-20 menit, dan kumpulkanlah jenis-jenis cacing tanah yang muncul di permukaan tanah. Cara pengambilan harus hati-hati, gunakan pinset, tetapi cacing tidak boleh putus. Bantu dengan lidi untuk mengangkat cacing dari lubangnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.     Hasil
No
Perlakuan
Jumlah Cacing
Berat (gr)
1
Air sabun
2
0,1 mg
2
Minyak tanah
3
0,1 mg
1.     Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai populasi decomposer dengan tujuan untuk dapat mengetahui kualitas tanah dengan bio indikator cacing tanah. Penggunaan cacing tanah sebagai bio indicator karena adanya kerentanan cacing terhadap perubahan lingkungan, terutama pada tipe endogeik. Tipe endogeik adalah tipe cacing yang hidup di dalam tanah, tidak berpignentasi, yang dapat menembus terowongan hingga kedalaman 45cm. Tepi ini kebanyakan terdiri atas Lumbricus terrestris.
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah.
Cacing tanah yang ditemukan, hanya berada pada kedalaman 10 cm pertama. Pada kedalaman selanjutnya yaitu kedalaman 20 cm dan 30 cm tidak lagi ditemukan adaya cacing tanah. Hal ini dikarenakan pada kedalaman 20 cm dan 30 cm, tekstur tanahnya liat dan lebih keras, serta terdapat batu beton, porositasnya kecil sehingga menyebabkan tempat ini merupakan tempat yang buruk bagi cacing tanah. Pada kedalaman 10 cm pertama kondisi tanah masih gembur, kandungan bahan organik dan anorganiknya cukup baik sehingga memungkinkan cacing untuk hidup. Berdasarkan kedalaman ditemukannya, maka cacing yang ditemukan termasuk tipe epigeik, yaitu kelompok cacing tanah yang hidup pada permukaan tanah.
Proses permulaan yang dilakukan adalah penyemprotan larutan deterjen ke petak I. Deterjan digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan. Deterjen adalah campuran berbagai bahan ynag digunakan untuk membantu pembersihan danterbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Di dalamnya terdapat zat adiktif untuk membuat lebih wangi. Jumlah cacing yang di dapatkan 2 cacing. Proses selanjutnya adalah penyemprotan minyak tanah ke petak II. Ternyata jumlah cacing yang muncul lebih banyak dari petak I yakni sebanyak 3 cacing.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim.
Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997), menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa.
Derajat keasaman atau pH tanah di lingkungan vegetasi dan non vegetasi menunjukkan perbedaan meski nilainya juga tidak jauh berbeda. Pada lingkungan non vegetasi pH tanahnya sedikit lebih asam. Perbedaan pH ini dapat diakibatkan oleh perbedaan kandungan organik tanah.
Faktor fisik lain yang diamati adalah kandungan organik dan anorganik tanah. Dari hasil perhitungan, kandungan organik tanah jauh lebih sedikit dibandingkan kandungan anorganik tanah. Hal ini sangat wajar, karena sebagian besar tanah di susun oleh lapisan pasir dan bebatuan. Selain itu, minimnya jumlah populasi cacing tanah telah menunjukkan bahwa ketersediaan bahan organik di tanah tersebut memang kecil jumlahnya. Hal ini menguatkan pernyataan bahwa tanah yang sehat adalah tanah yang memiliki dalam jumlah tinggi bahan organik yang terhumifikasi untuk mengikat air dan muatan negatif untuk pertukaran kation.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.     Kesimpulan
1. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ekosistem tersebut selain cacing tanah yaitu semut, lipan. Cacing merupakan salah satu hewan yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik.
2. Keberadaan jumlah cacing tanah dan mikroorganisme lain yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik  yang ada dalam suatu ekosistem ditentukan oleh lingkungan baik biotik maupum abiotik.
3. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah.
4. kita dapat melihat tanah yang subur atau tidak jika di dalamnya terdapat banyak caclng tanahnya. Karena kotoran-kotoran cacing itulah yang akan membentuk humus.
5. Cacing tanah merupakan decomposer makroorganisme.
1.     Saran
Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam menyemprotkan air sabun dan minyak tanah. Karena apabila terhirup akan menyebabkan pusing-pusing.

DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Tiksokologi Senyawa Logam. Jakarta : U Press
Hanafiah, Kemas Ali. 2003. Biologi Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suin, Nurdin Muhammad. 2003.Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara
Herrick, J. E. (2000). Soil Quality: an indicator of sustainable land management ?. Applied Soil Ecology. (15) 75-83.
Magdoff, F. (2002). Concept, componen and strategies of soil health in agroecosystems. Journal of Nematology 33 (4); 169-172.
Pankhurst, C. E., B. M. Doube and V.V. S. R. Gupta. (1997). Biological indicators of soil health: Synthesis. dalam C. Pankhurst, B.M. Doube and V.V.S.R. Gupta (eds). Biological Indikators of Soil Health. UK. 419-435. CAB International.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar